BOSSPULSA.COM, Yogyakarta – Penyanyi dangdut yang kian populer, Lala Widy, tak luput dari sorotan publik terkait penampilannya saat manggung. Beberapa waktu terakhir, penampilan Lala Widy yang dianggap lebih berani dan seksi menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Menanggapi beragam komentar tersebut, Lala Widy akhirnya memberikan klarifikasi dan penjelasannya.
Penyanyi asal Sidoarjo yang lahir pada 3 Februari ini, yang telah mengumpulkan pengikut sebanyak 2,2 juta di akun Instagram pribadinya, mengakui bahwa ada perubahan dalam gaya berpakaiannya saat tampil di atas panggung. Perubahan ini, menurut Lala, merupakan respons terhadap permintaan dan karakter dari beberapa acara yang ia hadiri. "Ada beberapa event itu yang pengin pakaiannya seksi, terus ya aku profesional," ujarnya dengan tegas saat diwawancara di kanal YouTube Trans TV Official pada Senin, 15 Desember 2025. Pernyataannya ini mengindikasikan bahwa ia melihat busana sebagai bagian dari profesionalisme dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang penghibur.
Lebih lanjut, Lala Widy menjelaskan bahwa pergeseran gaya berpakaiannya ini bukan sekadar mengikuti tren, melainkan sebuah evolusi dari penampilannya di masa lalu. Ia membandingkan gayanya yang sekarang dengan era sebelumnya. "Dulu rapi saja paling, sekarang fashionable," tuturnya. Perubahan dari "rapi" menjadi "fashionable" ini bisa diartikan sebagai upaya Lala untuk tampil lebih modern, mengikuti perkembangan mode, dan mungkin juga untuk menarik perhatian audiens yang lebih luas dengan gaya yang lebih dinamis dan kekinian. Pernyataannya ini mencerminkan kesadarannya akan pentingnya citra visual dalam industri hiburan, di mana penampilan seringkali menjadi elemen penting yang turut menunjang karir seorang artis.
Tak hanya soal busana yang dianggap seksi, dalam kesempatan yang sama, Lala Widy juga sempat menyinggung pengalaman uniknya selama manggung, termasuk perihal saweran. Ia mengungkapkan fakta menarik mengenai bentuk saweran teraneh yang pernah ia terima. "Daleman paling aneh," katanya singkat, merujuk pada barang yang tidak biasa diberikan sebagai bentuk apresiasi oleh penonton. Pengakuan ini memberikan sedikit gambaran tentang dinamika interaksi antara artis dangdut dan penggemarnya, di mana kadang kala batasan antara pemberian apresiasi dan privasi bisa menjadi kabur. Pengalaman seperti ini, meskipun mungkin terdengar aneh, justru menjadi bagian dari cerita dan kisah yang seringkali mewarnai perjalanan seorang penyanyi dangdut.
Dalam konteks perdebatan mengenai pakaiannya, penting untuk diingat bahwa industri musik dangdut di Indonesia memiliki karakteristik tersendiri. Pakaian yang dikenakan oleh para penyanyi dangdut seringkali menjadi sorotan, baik karena dianggap terlalu terbuka maupun karena dianggap terlalu konservatif, tergantung pada persepsi penonton. Lala Widy, dengan usianya yang relatif muda dan popularitasnya yang terus menanjak, tentu menjadi target pengamatan yang lebih intens.
Respons Lala Widy yang menyatakan bahwa ia "profesional" dan mengikuti permintaan event menunjukkan bahwa ia memiliki pemahaman yang matang tentang tuntutan pekerjaan sebagai seorang entertainer. Ia tidak melihat penampilannya sebagai sesuatu yang semata-mata untuk dirinya sendiri, tetapi sebagai bagian dari paket pertunjukan yang ditawarkan kepada penyelenggara acara dan penonton. Ini adalah sikap yang umum dalam dunia pertunjukan, di mana artis seringkali harus menyesuaikan diri dengan ekspektasi klien dan audiens.
Perubahan dari gaya "rapi" ke "fashionable" juga bisa diinterpretasikan sebagai strategi branding yang cerdas. Dalam persaingan industri musik yang ketat, memiliki citra yang kuat dan berbeda adalah kunci untuk menonjol. Dengan tampil lebih fashionable, Lala Widy berupaya untuk memposisikan dirinya sebagai artis yang up-to-date dan memiliki selera mode yang baik, yang dapat menarik perhatian tidak hanya dari segi musik tetapi juga dari segi gaya. Ini bisa menjadi cara untuk memperluas basis penggemarnya dan menarik minat dari segmen audiens yang lebih luas, termasuk mereka yang mungkin juga peduli dengan tren mode terkini.
Meskipun demikian, kritik dari netizen adalah hal yang tak terhindarkan dalam era digital ini. Setiap gerakan dan penampilan figur publik selalu berada di bawah lensa pengawasan publik. Komentar-komentar yang muncul di media sosial seringkali mencerminkan berbagai pandangan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Bagi Lala Widy, penting untuk dapat menyaring komentar-komentar tersebut dan tetap fokus pada profesionalismenya. Pengalaman dengan saweran teraneh yang ia sebutkan, meskipun terdengar kurang etis, mungkin juga bisa menjadi pengingat bagi dirinya dan pihak penyelenggara acara untuk menjaga batas-batas yang wajar dalam interaksi dengan penonton.
Sebagai seorang penyanyi yang memiliki jutaan pengikut, Lala Widy memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan contoh yang baik, namun juga harus tetap memiliki kebebasan berekspresi dalam batas-batas profesionalisme. Penjelasannya bahwa ia menyesuaikan pakaian dengan event dan menganggapnya sebagai bagian dari profesionalisme menunjukkan bahwa ia berusaha menyeimbangkan antara permintaan pasar dan citra dirinya sebagai seorang artis. Keputusan untuk tampil lebih seksi atau fashionable pada akhirnya kembali kepada Lala Widy sendiri sebagai seorang profesional yang memahami dinamika industri hiburan yang ia geluti.
Popularitas Lala Widy yang terus meroket, ditunjukkan dengan jumlah pengikut Instagramnya yang mencapai 2,2 juta, menjadi bukti bahwa ia memiliki daya tarik tersendiri di mata publik. Gaya berpakaiannya, meskipun menjadi sorotan, juga bisa jadi menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada ketenarannya. Dalam konteks ini, perdebatan mengenai pakaiannya dapat dilihat sebagai bagian dari publisitas yang, jika dikelola dengan baik, dapat menguntungkan karirnya. Yang terpenting adalah Lala Widy dapat terus berkarya dan memberikan hiburan yang berkualitas bagi para penggemarnya, sambil tetap menjaga profesionalismenya di atas panggung.
