BOSSPULSA.COM, Yogyakarta – Manchester United kembali menunjukkan betapa rapuhnya lini pertahanan mereka musim ini. Tragedi itu kembali terkuak saat Setan Merah dipaksa bermain imbang 4-4 melawan Bournemouth dalam laga lanjutan Liga Inggris yang digelar di Old Trafford pada Selasa, 16 Desember 2025. Pertandingan yang seharusnya menjadi ajang pembuktian dominasi tuan rumah justru berubah menjadi drama gol yang menegangkan, namun diakhiri dengan kekecewaan karena kebobolan di menit-menit akhir.
Pertarungan antara Manchester United dan Bournemouth ini memang menyajikan tontonan yang luar biasa, penuh dengan perubahan skor yang dramatis dan menunjukkan bahwa kedua tim memiliki kapasitas untuk mencetak gol. Manchester United memulai pertandingan dengan sangat baik, membuka keunggulan melalui gol cerdik Amad Diallo pada menit ke-13. Gol ini seharusnya menjadi suntikan moral bagi tim tuan rumah untuk terus menekan dan mengamankan kemenangan. Namun, Bournemouth, yang tampil tanpa rasa gentar, berhasil menyamakan kedudukan melalui Antoine Semenyo di menit ke-40. Momen ini menjadi peringatan dini bagi lini belakang United bahwa pertandingan belum berakhir. Meski sempat tertinggal, United berhasil menutup babak pertama dengan keunggulan 2-1 berkat gol yang dicetak oleh Casemiro di menit-menit akhir babak pertama, tepatnya pada menit ke-45+4. Gol ini sempat memberikan secercah harapan bahwa United akan mampu mengendalikan jalannya pertandingan.
Namun, babak kedua justru menjadi mimpi buruk bagi para pendukung Manchester United. Bournemouth bangkit dengan luar biasa dan berhasil membalikkan keadaan hanya dalam hitungan menit. Evanilson mencetak gol penyama kedudukan di menit ke-46, segera setelah babak kedua dimulai, menciptakan kejutankebangkitan tim tamu. Tak berhenti di situ, Marcus Tavernier menambah keunggulan Bournemouth pada menit ke-52, membuat United tertinggal 2-3. Kebangkitan Bournemouth ini menunjukkan adanya celah besar dalam organisasi pertahanan United. Dalam situasi tertinggal, Manchester United menunjukkan mentalitas pantang menyerah yang patut diapresiasi. Bruno Fernandes kembali menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin dengan mencetak gol penyeimbang di menit ke-77, membangkitkan semangat Old Trafford. Selang dua menit kemudian, tepatnya di menit ke-79, Matheus Cunha berhasil membawa United unggul kembali dengan skor 4-3. Momen ini seharusnya menjadi penentu kemenangan, namun drama belum berakhir.
Secara mengejutkan, pertahanan United kembali lengah. Eli Kroupi berhasil mencetak gol penyeimbang di menit ke-84, memastikan pertandingan berakhir dengan skor imbang 4-4. Gol ini menjadi pukulan telak bagi United, yang harus kehilangan dua poin berharga di kandang sendiri. Hasil imbang ini membuat Manchester United tertahan di peringkat keenam klasemen sementara Liga Inggris dengan total 26 poin, memiliki poin yang sama dengan Crystal Palace yang berada di posisi kelima.
Meskipun Manchester United mendominasi jalannya pertandingan dengan catatan 56 persen penguasaan bola dan melepaskan total 24 tembakan, statistik ini tidak mampu menutupi kelemahan fundamental mereka, yaitu lini belakang yang rapuh. Bournemouth, yang hanya memiliki 44 persen penguasaan bola, mampu melepaskan sembilan tembakan tepat sasaran dari total 12 percobaan. Ini menunjukkan efektivitas serangan balasan Bournemouth dan kegagalan pertahanan United dalam mengantisipasi ancaman. Bahkan, kiper Manchester United, Senne Lammens, yang berasal dari Belgia, harus bekerja keras menyelamatkan gawangnya dengan melakukan empat penyelamatan krusial. Jika bukan karena penampilan gemilang Lammens, skor bisa saja lebih buruk bagi United.
Rapuhnya lini belakang memang telah menjadi masalah kronis bagi Manchester United sepanjang musim ini. Hingga berita ini diturunkan, Setan Merah telah kebobolan 26 gol hanya dalam 16 pertandingan yang telah mereka jalani di Liga Inggris. Statistik ini menempatkan mereka sebagai salah satu tim dengan pertahanan terburuk di antara tim-tim yang berada di 10 besar klasemen. Hanya tim-tim seperti Leeds United, West Ham United, Burnley, Wolves, dan Bournemouth sendiri yang memiliki catatan kebobolan lebih banyak dari United. Ini menjadi ironi tersendiri, mengingat Manchester United tidak termasuk tim yang paling sering menerima tembakan dari lawan. Berdasarkan data dari WhoScored, Manchester United menghadapi rata-rata 11,1 tembakan per pertandingan, menempatkan mereka di posisi ke-15 tim yang paling sering mendapatkan tembakan di Liga Inggris musim ini. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika lawan berhasil menembus pertahanan mereka, tembakan tersebut seringkali berujung gol.
Lebih mengkhawatirkan lagi, Manchester United baru mencatatkan satu clean sheet di Liga Inggris musim ini. Dalam tujuh pertandingan terakhir mereka, gawang Setan Merah selalu berhasil dibobol oleh lawan. Catatan ini menjadi bukti nyata dari betapa rapuhnya pertahanan tim asuhan pelatih Ruben Amorim ini. Minimnya clean sheet dan tingginya jumlah kebobolan menunjukkan adanya masalah serius dalam organisasi pertahanan, baik itu dalam hal penempatan posisi, komunikasi antar pemain belakang, maupun kemampuan memenangkan duel bola.
Situasi ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi manajer Manchester United, Ruben Amorim. Ia perlu segera menemukan solusi untuk menambal bolongnya lini belakang timnya. Apakah ini masalah taktik, pemilihan pemain, atau kebugaran pemain, perlu dianalisis secara mendalam. Kegagalan dalam memperbaiki pertahanan tidak hanya akan menghambat ambisi United untuk bersaing di papan atas, tetapi juga dapat merusak moral tim dan kepercayaan diri para pemain. Penguatan lini belakang, baik melalui transfer pemain baru di bursa transfer mendatang, maupun perbaikan internal melalui latihan dan instruksi taktis, menjadi prioritas utama yang tidak bisa ditunda lagi bagi Manchester United jika mereka ingin bangkit dari keterpurukan dan kembali menjadi kekuatan yang ditakuti di kancah sepak bola Inggris. Perjalanan musim ini masih panjang, dan perbaikan di sektor pertahanan akan menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan tersebut.
