0

Micron Kelabakan Pesanan Meroket, Krisis RAM Diprediksi Sampai 2027

Share

Lonjakan permintaan memori yang belum pernah terjadi sebelumnya, dipicu oleh ledakan teknologi kecerdasan buatan (AI), telah menempatkan raksasa semikonduktor Micron Technology dalam situasi yang rumit: keuntungan finansial yang meroket di satu sisi, namun kelabakan dalam memenuhi pesanan di sisi lain. Produsen memori terkemuka asal Amerika Serikat ini secara terbuka mengakui bahwa mereka belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan RAM dari para pelanggan utamanya, dengan perkiraan krisis pasokan yang diprediksi baru akan mereda setelah tahun 2027. Situasi ini bukan hanya tantangan operasional bagi Micron, tetapi juga indikator jelas dari pergeseran tektonik dalam lanskap teknologi global, di mana memori berkapasitas tinggi menjadi "emas baru" yang sangat dicari.

CEO Micron, Sanjay Mehrotra, mengungkapkan gambaran yang mencemaskan sekaligus menggembirakan bagi perusahaannya. Menurutnya, Micron saat ini hanya mampu memenuhi sekitar setengah hingga dua pertiga dari total permintaan yang datang dari konsumen-konsumen utamanya. Kesenjangan pasokan yang signifikan ini terjadi karena kebutuhan memori, khususnya untuk pusat data AI, telah melonjak secara eksponensial dalam waktu yang sangat singkat. Lonjakan ini jauh melampaui kapasitas suplai yang bisa disediakan oleh seluruh industri semikonduktor saat ini, menciptakan ketidakseimbangan pasar yang parah. "Dalam beberapa bulan terakhir, rencana pembangunan pusat data AI pelanggan kami mendorong kenaikan proyeksi permintaan memori secara signifikan," ujar Mehrotra, menekankan bahwa bukan hanya permintaan saat ini yang tinggi, tetapi juga ekspektasi permintaan di masa depan yang terus direvisi naik secara drastis. Ia menambahkan bahwa pasokan global masih akan tertinggal dari permintaan hingga melewati tahun 2026, bahkan kemungkinan besar berlanjut hingga tahun 2027 dan seterusnya, mengutip laporan dari Techspot yang diterbitkan pada Sabtu, 20 Desember 2025.

Penyebab utama di balik lonjakan permintaan ini adalah revolusi kecerdasan buatan generatif, khususnya pengembangan dan penerapan model bahasa besar (Large Language Models/LLMs) seperti GPT-4 atau Gemini. Model-model ini memerlukan kapasitas memori yang masif, baik untuk tahap pelatihan (training) yang melibatkan miliaran hingga triliunan parameter, maupun untuk tahap inferensi (inference) saat model digunakan untuk menghasilkan respons atau konten secara real-time. Pusat data AI, yang menjadi tulang punggung operasional model-model ini, membutuhkan High Bandwidth Memory (HBM) dalam jumlah besar. HBM adalah jenis RAM khusus yang dirancang untuk menyediakan bandwidth data yang sangat tinggi, memungkinkan GPU dan akselerator AI lainnya untuk memproses data dengan kecepatan luar biasa. Selain HBM, kebutuhan akan DRAM standar dan SSD berkinerja tinggi juga turut terdongkrak, seiring dengan semakin canggihnya algoritma dan data set yang digunakan.

Ketidakpastian pasokan ini mendorong banyak pelanggan besar Micron, yang sebagian besar adalah perusahaan teknologi raksasa dengan investasi besar di bidang AI, untuk mengambil langkah proaktif. Mereka memilih untuk mengamankan kontrak jangka panjang, terkadang hingga beberapa tahun ke depan, demi memastikan ketersediaan pasokan RAM dan storage yang esensial bagi operasional mereka. Kontrak-kontrak ini, meskipun memberikan stabilitas bagi Micron dalam hal pendapatan di masa depan, juga berarti bahwa sebagian besar kapasitas produksi telah diikat, meninggalkan sedikit ruang untuk pasar spot atau pelanggan yang lebih kecil. Namun, bagi konsumen PC dan smartphone biasa, kondisi ini membawa kabar buruk: harga memori yang semakin mahal dan kemungkinan kelangkaan di pasar ritel.

Di sisi lain, lonjakan permintaan yang tak terbendung ini justru menjadi berkah finansial bagi Micron. Perusahaan membukukan kinerja keuangan yang sangat kuat pada kuartal pertama tahun fiskal mereka. Pendapatan Micron melonjak menjadi USD 13,64 miliar, mencerminkan kenaikan fantastis sebesar 57% secara tahunan. Laba bersih perusahaan bahkan melonjak lebih dramatis, dari USD 2 miliar menjadi USD 5,2 miliar, dengan laba per saham mencapai USD 4,78. Angka-angka ini jauh melampaui ekspektasi pasar dan para analis, menunjukkan betapa besarnya margin keuntungan yang bisa diraih dalam kondisi pasar yang ketat ini. Micron secara eksplisit menilai bahwa kinerja keuangan yang sangat kuat tersebut ditopang langsung oleh naiknya harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) DRAM dan storage, yang merupakan dampak langsung dari kebutuhan masif dari pusat data AI. Ini adalah gambaran klasik dari hukum penawaran dan permintaan: ketika permintaan jauh melebihi penawaran, harga akan melonjak, dan produsen yang mampu memasok akan meraih keuntungan besar.

Namun, tekanan pasokan belum akan berakhir dalam waktu dekat, meskipun Micron sedang berupaya keras untuk memperluas kapasitas produksinya. Membangun fasilitas manufaktur semikonduktor (fab) adalah proyek yang sangat kompleks, memakan waktu bertahun-tahun, dan membutuhkan investasi modal triliunan dolar. Micron saat ini sedang membangun dua pabrik baru di Idaho dan juga menyiapkan fasilitas manufaktur canggih di New York. Produksi dari pabrik-pabrik baru ini diperkirakan baru akan mulai berjalan secara signifikan pada tahun 2026 dan 2027. Jeda waktu yang panjang antara perencanaan, pembangunan, dan produksi ini menjadi salah satu alasan utama mengapa krisis pasokan diprediksi akan berlangsung hingga beberapa tahun ke depan. Selain pembangunan pabrik, pengembangan memori generasi terbaru seperti HBM4 juga disebut berjalan lebih cepat dibandingkan saat awal produksi HBM3. Ini menunjukkan upaya Micron untuk tidak hanya meningkatkan kuantitas, tetapi juga terus berinovasi dalam teknologi memori paling mutakhir yang dibutuhkan oleh AI.

Selain kebutuhan pusat data AI, Mehrotra juga menilai bahwa tren AI generatif yang semakin berkembang, terutama dalam pembuatan video dan peralihan dari pelatihan (training) ke inferensi (inference) AI, akan ikut mendorong kebutuhan akan SSD berkapasitas tinggi dan berkecepatan tinggi. Inferensi AI seringkali memerlukan akses cepat ke data model yang besar, dan SSD NVMe menjadi solusi ideal. Produsen PC dan smartphone juga diprediksi akan secara signifikan meningkatkan kapasitas RAM pada perangkat mereka demi mendukung fitur-fitur AI yang semakin canggih dan terintegrasi langsung di perangkat (on-device AI). Fitur seperti pemrosesan gambar real-time, asisten suara yang lebih cerdas, atau bahkan model AI lokal yang berjalan di perangkat, semuanya membutuhkan RAM yang lebih besar dan cepat.

Dampak dari krisis pasokan ini sudah mulai terasa di pasar ritel. Harga DRAM, khususnya modul DDR5 yang digunakan pada platform PC modern, telah melonjak tajam dalam beberapa bulan terakhir. Situasi ini bahkan membuat sejumlah toko ritel teknologi enggan mencantumkan harga secara permanen karena fluktuasinya yang terlalu cepat dan tidak stabil. Konsumen yang ingin upgrade atau membangun PC baru kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa harga memori, terutama untuk konfigurasi berkapasitas tinggi, telah melonjak ke tingkat yang tidak masuk akal. Bahkan, harga satu paket RAM 64GB kini bisa melampaui harga satu unit konsol game terbaru atau bahkan kartu grafis kelas menengah, sebuah indikasi jelas betapa parahnya situasi ini. Kenaikan harga ini tidak hanya membebani konsumen individu, tetapi juga perusahaan kecil dan menengah yang mengandalkan komponen ini untuk produk atau layanan mereka.

Secara keseluruhan, situasi yang dihadapi Micron dan industri memori global saat ini adalah cerminan dari revolusi AI yang sedang berlangsung. Permintaan yang tak terpuaskan dari sektor AI telah menciptakan badai sempurna, di mana kapasitas produksi tidak dapat mengimbangi laju inovasi dan adopsi AI. Meskipun Micron menikmati keuntungan finansial yang signifikan dari kenaikan harga, tantangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjaga rantai pasokan tetap stabil akan menjadi fokus utama mereka hingga setidaknya tahun 2027. Bagi konsumen, ini berarti periode harga memori yang tinggi dan potensi kelangkaan, sementara industri secara keseluruhan harus berpacu untuk membangun infrastruktur yang memadai demi mendukung masa depan yang didominasi oleh kecerdasan buatan.