Observatorium luar angkasa mutakhir milik NASA, SPHEREx (Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization and Ices Explorer), telah menorehkan sejarah dengan menyelesaikan peta pertama dari seluruh langit kosmik. Peta revolusioner ini tidak hanya mencakup seluruh hamparan langit dalam 360 derajat, tetapi juga dilakukan menggunakan 102 panjang gelombang inframerah yang berbeda, sebuah terobosan yang menawarkan pandangan mendalam dan belum pernah ada sebelumnya ke dalam alam semesta yang tak terlihat oleh mata manusia biasa. Keberhasilan SPHEREx menandai sebuah era baru dalam pemahaman kita tentang asal-usul, evolusi, dan komposisi alam semesta.
Diluncurkan pada Maret 2025, teleskop SPHEREx dirancang secara khusus untuk menjalankan misi utamanya selama dua tahun, yaitu memetakan seluruh langit dalam cahaya optikal dan near-infrared. Misi ini bukan sekadar pemetaan biasa; ia merupakan upaya ambisius untuk mengumpulkan data spektral yang sangat detail, memungkinkan para ilmuwan untuk mengupas lapisan-lapisan misteri kosmos yang selama ini tersembunyi. Dengan kemampuannya untuk mengamati dalam spektrum inframerah, SPHEREx dapat menembus awan gas dan debu tebal yang biasanya menghalangi pandangan teleskop optik, membuka jendela ke galaksi-galaksi yang jauh, bintang-bintang yang baru lahir, dan bahkan jejak-jejak dari alam semesta awal.
Pada tanggal 18 Desember 2025, hanya sembilan bulan setelah peluncurannya, SPHEREx merilis peta inframerah perdananya. Peta ini bukan hanya sebuah gambar statis, melainkan kumpulan data masif yang merekam sinyal dari ratusan juta galaksi yang tersebar di seluruh kosmos, serta miliaran bintang yang mengisi galaksi Bima Sakti kita. Setiap panjang gelombang inframerah yang digunakan dalam pemetaan ini berfungsi sebagai "filter" unik, mengungkapkan detail dan karakteristik berbeda dari objek-objek kosmik. Ini seperti memiliki 102 pasang "kacamata" yang masing-masing dirancang untuk melihat komponen tertentu dari alam semesta.
Peta yang spektakuler ini tidak hanya menyajikan pemandangan kosmik yang memukau secara visual, tetapi yang lebih penting, ia membawa informasi krusial untuk menjawab beberapa teka-teki terbesar dalam kosmologi modern. Dengan spektrum inframerah yang dibagi menjadi 102 "warna" atau pita frekuensi, para ilmuwan kini memiliki akses ke kekayaan data yang memungkinkan mereka untuk menggali lebih dalam tentang sejarah pembentukan dan evolusi galaksi, bagaimana struktur-struktur besar alam semesta terbentuk dan berkembang, serta bagaimana unsur-unsur penting bagi kehidupan, seperti air dan molekul organik, tersebar di seluruh galaksi kita. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam upaya kita memahami bagaimana kita bisa ada.
Meskipun panjang gelombang inframerah tidak dapat dilihat langsung oleh mata manusia, setiap "warna" atau pita spektral dalam peta SPHEREx memberikan wawasan unik tentang objek kosmik yang berbeda. Sebagai contoh, gas hidrogen panas, yang merupakan komponen fundamental dari bintang dan galaksi, akan tampak dominan pada panjang gelombang inframerah tertentu, memberikan petunjuk tentang daerah pembentukan bintang aktif atau sisa-sisa supernova. Sementara itu, debu kosmik yang dingin dan bintang-bintang yang terbungkus dalam selubung gas akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang lain yang berbeda, memungkinkan para astronom untuk membedakan dan mempelajari komposisi serta kondisi fisik objek-objek tersebut secara lebih rinci. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan memisahkan sinyal dari berbagai komponen ini adalah inti dari kekuatan SPHEREx.
Menurut tim misi, SPHEREx beroperasi dengan efisiensi yang luar biasa, mengambil sekitar 3.600 gambar per hari saat mengorbit Bumi dari kutub ke kutub. Orbit polar ini memungkinkan teleskop untuk secara sistematis memindai seluruh langit dengan cakupan yang merata. Dalam enam bulan pertama misi ilmiahnya, SPHEREx berhasil menangkap seluruh peta langit, sebuah prestasi yang menakjubkan mengingat skala dan kompleksitas tugas tersebut. Kecepatan pengumpulan data ini menegaskan desain yang cermat dan teknologi canggih yang diusung oleh observatorium ini. Setiap gambar yang diambil bukan hanya sebuah foto, melainkan sebuah spektrum cahaya yang kaya informasi dari setiap titik di langit.
Salah satu tujuan utama dari pemetaan ekstensif ini adalah untuk memahami inflasi kosmik, sebuah proses ekspansi alam semesta yang amat cepat yang diyakini terjadi pada detik-detik awal setelah Big Bang. Teori inflasi ini berusaha menjelaskan mengapa alam semesta begitu homogen pada skala besar dan mengapa ia tampak datar. Data dari peta SPHEREx diharapkan dapat memberikan jejak-jejak halus dari inflasi ini melalui analisis distribusi materi pada skala yang sangat besar. Selain itu, peta ini juga diharapkan membantu menjelaskan bagaimana galaksi-galaksi terdistribusi dalam tiga dimensi, memberikan petunjuk tentang jaringan kosmik raksasa yang terbentuk dari materi gelap dan materi biasa. Pemetaan ini juga akan membantu para ilmuwan memahami bagaimana elemen-elemen penting bagi kehidupan, seperti karbon, oksigen, dan nitrogen, tersebar di seluruh Bima Sakti, memberikan wawasan tentang potensi munculnya kehidupan di bagian lain galaksi kita.
Shawn Domagal-Goldman, Direktur Divisi Astrofisika NASA, menyampaikan antusiasmenya terhadap keberhasilan misi ini. "Informasi yang dikumpulkan SPHEREx dalam enam bulan pertama sangat luar biasa," katanya seperti dikutip dari Universe Today pada Minggu, 28 Desember 2025. "Kami pada dasarnya memiliki 102 peta baru dari seluruh langit, masing-masing dalam panjang gelombang yang berbeda, yang berisi informasi unik tentang objek-objek yang dilihatnya." Pernyataan ini menggarisbawahi betapa revolusionernya dataset ini, yang tidak hanya memberikan satu gambaran, tetapi 102 lapisan informasi yang saling melengkapi dan memperkaya.
Peta pertama ini hanyalah langkah awal dari perjalanan SPHEREx. Observatorium ini dijadwalkan untuk menyelesaikan tiga kali pemetaan langit lagi selama misi utamanya yang berdurasi dua tahun. Setiap pemetaan tambahan akan digabungkan dengan data sebelumnya untuk meningkatkan sensitivitas dan kedalaman data secara signifikan. Dengan mengintegrasikan beberapa pemindaian, para ilmuwan dapat mengurangi noise dan meningkatkan resolusi, memungkinkan mereka untuk mendeteksi sinyal yang lebih samar dan mengidentifikasi objek yang lebih redup. Seluruh hasil observasi dan data mentah dari SPHEREx juga akan tersedia secara publik bagi komunitas ilmiah global. Kebijakan data terbuka ini memastikan bahwa para peneliti di seluruh dunia dapat menganalisis dan memanfaatkan kekayaan informasi ini, memicu kolaborasi dan penemuan baru yang mungkin tidak terduga.
Dengan kombinasi cakupan luas dan detail spektral yang tinggi, peta langit yang dihasilkan oleh SPHEREx diperkirakan akan menjadi salah satu dataset paling penting dan paling sering diakses dalam riset astronomi dan kosmologi di dekade mendatang. Data ini tidak hanya akan mendukung studi tentang inflasi dan reionisasi, tetapi juga akan menjadi dasar untuk penelitian tentang pembentukan bintang dan planet, evolusi galaksi, dan keberadaan es di seluruh galaksi. SPHEREx bukan hanya sebuah teleskop; ia adalah penjelajah waktu dan penjelajah komposisi, membuka babak baru dalam pencarian kita untuk memahami alam semesta dan tempat kita di dalamnya.
