BOSSPULSA.COM, Yogyakarta – Bek Tottenham Hotspur, Micky van de Ven, menjadi sorotan tajam setelah tekelnya terhadap striker Liverpool, Alexander Isak, yang berujung pada cedera parah. Isak mengalami patah tulang fibula dan harus menjalani operasi, yang diperkirakan akan membuatnya absen selama berbulan-bulan. Manajer Liverpool, Arne Slot, secara terbuka menyalahkan tekel Van de Ven sebagai penyebab cedera tersebut, menyebutnya sebagai "tekel yang ceroboh." Namun, Thomas Frank, manajer Tottenham Hotspur, dengan tegas membela pemainnya, menyatakan bahwa aksi Van de Ven adalah respons alami seorang bek dalam situasi transisi permainan.
Frank berargumen bahwa dalam dunia sepak bola, seorang bek memiliki tugas utama untuk melindungi gawang timnya dengan cara apa pun yang memungkinkan. Ia menjelaskan bahwa pada saat kejadian, Van de Ven sedang dalam posisi berlari mundur untuk menutup ruang dan memblokir tembakan. Bola bergerak ke samping, dan bek asal Belanda itu melakukan apa yang menurutnya perlu untuk mencegah gol. Frank menekankan bahwa insiden tersebut terlihat lebih buruk dari yang sebenarnya karena posisi kaki Isak saat mendarat. Menurutnya, reaksi Van de Ven adalah naluri defensif yang wajar bagi setiap pemain bertahan yang menghadapi situasi serupa.
"Jelas saya tidak setuju," ujar Frank ketika dimintai tanggapannya mengenai komentar Slot. "Dalam banyak hal, kita berbicara tentang seorang bek yang akan melakukan segala cara untuk menghindari [kebobolan] gol. Saat itu sedang transisi, jadi dia berlari kembali. Ada bola yang meluncur ke samping dan dia melakukan segala yang dia bisa untuk memblokir tembakan itu. Sayangnya, Isak menancapkan kakinya tepat di sana yang membuatnya terlihat lebih buruk daripada sebenarnya. Itu akan menjadi reaksi alami bagi bek mana pun," tambahnya, menjelaskan sudut pandangnya mengenai tekel Van de Ven.
Insiden ini memicu perdebatan sengit mengenai batas antara permainan agresif yang diperlukan dalam sepak bola dan tindakan yang dapat dianggap membahayakan pemain lawan. Di satu sisi, Slot dan Liverpool melihat tekel Van de Ven sebagai pelanggaran yang tidak perlu dan sembrono, yang mengakibatkan kerugian besar bagi tim mereka. Mereka berpendapat bahwa meskipun intensitas permainan tinggi, ada etika dan batasan yang harus dihormati, terutama ketika lawan baru saja mencetak gol. Cedera Isak yang serius menambah bobot pada argumen ini, mengingat ia adalah salah satu pemain kunci Liverpool.

Di sisi lain, Frank mencoba menempatkan diri pada posisi beknya. Ia memahami tekanan dan tuntutan yang dihadapi pemain bertahan di lapangan. Dalam pandangannya, Van de Ven tidak memiliki niat jahat atau keinginan untuk mencederai Isak. Tindakannya adalah upaya murni untuk menghentikan ancaman gol. Frank juga menyoroti faktor keberuntungan atau ketidakberuntungan yang berperan dalam insiden tersebut. Posisi kaki Isak saat terkena tekel, menurut Frank, yang membuat cedera tersebut tampak lebih parah. Ia berpendapat bahwa jika Isak tidak menancapkan kakinya di posisi tersebut, dampaknya mungkin tidak akan separah itu.
Perdebatan ini bukan hanya tentang insiden spesifik antara Van de Ven dan Isak, tetapi juga mencerminkan perbedaan filosofi dalam memandang permainan sepak bola. Ada yang lebih menekankan pada perlindungan pemain dan meminimalkan risiko cedera, sementara yang lain berpendapat bahwa sifat fisik dan determinasi adalah bagian tak terpisahkan dari permainan, dan terkadang kecelakaan memang terjadi. Para komentator sepak bola dan penggemar pun terbagi, dengan sebagian besar bersimpati pada Isak dan Liverpool, namun sebagian lainnya setuju dengan pandangan Frank bahwa tekel Van de Ven adalah bagian dari perjuangan seorang bek.
Lebih lanjut, Frank mungkin juga ingin menyoroti bahwa dalam pertandingan dengan intensitas tinggi seperti yang terjadi antara Tottenham dan Liverpool, kontak fisik yang keras seringkali tidak terhindarkan. Kedua tim dikenal dengan gaya permainan yang dinamis dan agresif. Dalam konteks ini, tindakan Van de Ven bisa dilihat sebagai bagian dari upaya kerasnya untuk membantu timnya. Ia mungkin merasa bahwa menyalahkan Van de Ven secara tunggal adalah tindakan yang tidak adil, mengingat Isak juga berada dalam posisi yang berisiko setelah mencetak gol.
Faktor lain yang mungkin dipertimbangkan oleh Frank adalah bagaimana tekel semacam ini seringkali menjadi subjek interpretasi wasit. Jika wasit tidak menganggap tekel tersebut sebagai pelanggaran serius atau memberikan kartu pada saat itu, hal ini dapat memperkuat argumen bahwa tekel tersebut berada dalam batas permainan yang dapat diterima. Namun, cedera yang terjadi seringkali mengubah persepsi, dan keputusan wasit pada saat itu tidak selalu mencerminkan dampak jangka panjang dari sebuah kontak.
Pada akhirnya, pernyataan Thomas Frank lebih merupakan upaya untuk memberikan dukungan moral kepada pemainnya dan membela pendekatan defensif yang telah ia tanamkan kepada timnya. Ia ingin memastikan bahwa Van de Ven tidak merasa bersalah secara berlebihan atas sebuah insiden yang, dari sudut pandangnya, adalah bagian dari risiko yang melekat dalam permainan sepak bola profesional. Namun, bagi Liverpool dan Isak sendiri, ini adalah pukulan telak yang akan membutuhkan waktu untuk pulih, dan rasa frustrasi atas penyebabnya kemungkinan akan tetap ada. Perbedaan pandangan antara kedua manajer ini menunjukkan kompleksitas dalam menilai tindakan pemain di lapangan, terutama ketika konsekuensinya sangat serius.
