BOSSPULSA.COM, Yogyakarta – Menanggapi potensi langkah hukum yang siap ditempuh oleh keluarga Virgoun, menyusul kemungkinan nama mantan suami Inara Rusli itu kembali terseret dalam pusaran konflik rumah tangga sang mantan istri, Insanul Fahmi memilih untuk tetap tenang. Situasi ini mencuat setelah sebelumnya Wardatina Mawa, yang disebut sebagai pihak yang melaporkan, mengajukan laporan terhadap Insanul Fahmi atas dugaan perselingkuhan dengan Inara Rusli, mantan istri Virgoun. Insanul Fahmi, dalam pernyataannya, menekankan bahwa ia hanya mendengar hal-hal positif mengenai Virgoun dan ibundanya, Eva Manurung, dari Inara Rusli. Pernyataan ini disampaikan Insanul Fahmi saat ditemui di kawasan Pekayon, Bekasi, Jawa Barat, kemarin. Ia mengakui bahwa Inara kerap menceritakan kebaikan Eva Manurung dan Virgoun kepadanya. "Kalau sejauh ini ya yang Ina pernah ceritain sama aku, Mama Virgoun itu orangnya baik. Dia juga cerita kebaikan-kebaikan Mama Eva dan Virgoun. Tapi ya kita lihat aja nanti seperti apa proses hukumnya," ujar Insanul Fahmi, menunjukkan sikap terbuka terhadap perkembangan lebih lanjut.
Lebih lanjut, Insanul Fahmi secara tegas membantah kemungkinan untuk langsung menuding Virgoun terkait beredarnya rekaman CCTV yang menampilkan momen kebersamaan antara dirinya dan Inara. Ia kembali menegaskan keyakinannya akan sifat baik Virgoun dan Eva Manurung. "Karena, memang aku tahu sebenarnya Virgoun itu orang baik, Mama Eva juga orang baik. Tapi karena ini sudah kita tempuh jalur hukum, ya kita lihat saja nanti ke depannya seperti apa," ungkapnya, menyiratkan bahwa proses hukum yang sedang berjalan akan menjadi penentu. Sikap Insanul Fahmi ini menunjukkan bahwa ia tidak ingin terburu-buru dalam mengambil kesimpulan dan lebih memilih untuk menunggu hasil dari jalur hukum yang telah ditempuh.
Di sisi lain, Insanul Fahmi turut menyampaikan pesan yang ditujukan kepada Wardatina Mawa. Ia menilai bahwa Mawa kini menunjukkan perubahan sikap yang lebih tenang dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. "Jauh lebih baik lah dari sebelum-sebelumnya. Pesan buat Mawa sebenarnya buat dua-duanya, jangan terlalu banyak dengerin omongan orang. Orang kan gak bertanggung jawab atas kehidupan kita, jadi utamakan suara hati yang paling dalam," tuturnya, memberikan nasihat yang bersifat universal kepada kedua belah pihak. Pesan ini mengindikasikan keinginannya agar Mawa dan pihak lain yang terlibat dapat mengutamakan kejernihan pikiran dan tidak mudah terpengaruh oleh bisikan dari luar.
Terkait dengan langkah Mawa yang kerap menggelar konferensi pers, Insanul Fahmi mengakui bahwa hal tersebut justru menjadi bahan analisis baginya. Ia ingin melihat respons dari berbagai pihak, termasuk publik, terhadap setiap tindakan yang dilakukan. "Sebenarnya aku bukan pengin seperti itu. Aku cuma pengen lihat respons mereka yang di belakang seperti apa, termasuk respons Mawa dan netizen. Semuanya aku analisa, gak ada satu pun yang aku lewatin," bebernya, menunjukkan bahwa ia memiliki strategi tersendiri dalam menghadapi situasi ini dan tidak mengabaikan aspek sosial serta opini publik.
Mengenai laporan hukum yang diajukan oleh Mawa terkait dugaan perselingkuhan antara Insanul Fahmi dan Inara, Insanul Fahmi menyatakan kesiapannya untuk menghormati seluruh proses hukum yang sedang berjalan. Namun, ia menekankan bahwa perdamaian tetap menjadi prioritas utamanya. "Tapi yang diutamakan itu perdamaian, bukan karena takut proses hukumnya. Kasian juga bapak polisi kalau urusan rumah tangga terus dilaporkan," tuturnya, mengungkapkan pandangannya mengenai penggunaan jalur hukum untuk urusan rumah tangga yang menurutnya bisa membebani aparat penegak hukum. Ia menyarankan agar polisi lebih fokus pada penanganan kasus-kasus besar.
Insanul Fahmi juga berpendapat bahwa hak-hak Mawa sebagai seorang istri telah ia penuhi. Ia berharap agar persoalan rumah tangga yang sedang dihadapinya tidak menjadi preseden buruk yang dapat ditiru di kemudian hari. "Kalau dikit-dikit ribut lapor polisi, kasian juga bapak polisi. Padahal masih banyak masalah besar di Indonesia seperti bencana alam dan korupsi yang harus diprioritaskan," pungkasnya, kembali menegaskan pandangannya tentang prioritas penegakan hukum. Pernyataan ini menggarisbawahi sikapnya yang ingin melihat penyelesaian masalah secara damai dan efisien, serta menyoroti pentingnya fokus pada isu-isu yang lebih mendesak bagi negara.
Sebelumnya, informasi yang beredar menyebutkan bahwa ibunda Virgoun, Eva Manurung, telah menyatakan kekesalannya jika anaknya terus-menerus dikaitkan dengan permasalahan yang melibatkan Inara Rusli dan Insanul Fahmi. Pernyataan Eva Manurung ini menunjukkan adanya upaya untuk melindungi Virgoun dari imbas konflik yang tidak secara langsung melibatkan dirinya. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya situasi, nama Virgoun kembali muncul dalam narasi perseteruan ini, mendorong Insanul Fahmi untuk memberikan tanggapannya.
Insanul Fahmi, yang namanya terseret dalam kasus ini, menunjukkan sikap yang pragmatis dan berorientasi pada penyelesaian damai. Ia tidak menunjukkan sikap defensif yang berlebihan, melainkan lebih memilih untuk mengikuti alur proses hukum sambil tetap mengedepankan upaya mediasi. Pernyataan-pernyataannya yang tenang dan penuh pertimbangan ini mencerminkan kedewasaannya dalam menghadapi situasi yang kompleks.
Ia juga memberikan pandangan yang menarik terkait dengan peran media dan opini publik. Dengan menganalisa setiap respons, termasuk dari Mawa dan netizen, Insanul Fahmi menunjukkan bahwa ia memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika sosial dan bagaimana sebuah kasus dapat berkembang di mata publik. Sikapnya ini dapat diartikan sebagai upaya untuk memahami persepsi publik dan meresponsnya dengan strategi yang tepat, tanpa harus terlibat dalam polemik yang tidak produktif.
Dalam konteks perselingkuhan yang dilaporkan, Insanul Fahmi tidak secara langsung mengakui atau menyangkalnya. Ia lebih memilih untuk menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum. Namun, penekanannya pada perdamaian menunjukkan bahwa ia tidak menutup kemungkinan untuk mencari solusi di luar jalur formal, terutama jika hal itu dapat menghindari kerumitan lebih lanjut dan menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang terlibat, termasuk keluarga Virgoun yang kini berpotensi mengambil langkah hukum.
Pesan yang disampaikan kepada Mawa, untuk tidak terlalu banyak mendengar omongan orang, merupakan nasihat yang sangat relevan dalam setiap konflik rumah tangga. Pengaruh dari pihak luar seringkali memperburuk keadaan dan menjauhkan para pihak dari akar permasalahan. Dengan menyarankan untuk mengutamakan suara hati, Insanul Fahmi tampaknya mendorong Mawa untuk melakukan introspeksi dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip dan perasaannya sendiri, bukan karena tekanan eksternal.
Pandangan Insanul Fahmi mengenai beban aparat kepolisian yang menangani laporan rumah tangga juga patut dicatat. Ia secara implisit menyarankan adanya upaya penyelesaian konflik secara internal atau melalui mediasi sebelum melibatkan aparat penegak hukum. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi beban sistem peradilan pidana dan mendorong penyelesaian sengketa secara alternatif. Dengan membandingkan urusan rumah tangga dengan masalah besar seperti bencana alam dan korupsi, Insanul Fahmi secara efektif menyoroti prioritas yang seharusnya diberikan oleh masyarakat dan negara.
Secara keseluruhan, tanggapan Insanul Fahmi terhadap rencana keluarga Virgoun yang siap menempuh jalur hukum menunjukkan sikap yang matang dan strategis. Ia tidak menampik kemungkinan jalur hukum, namun ia juga tidak menjadikannya sebagai satu-satunya opsi. Prioritas pada perdamaian dan upaya untuk tidak memperkeruh suasana dengan pernyataan yang provokatif menjadi ciri khas tanggapannya. Pernyataannya juga memberikan gambaran tentang bagaimana individu dapat menavigasi situasi hukum yang kompleks dengan tetap menjaga keseimbangan antara kepatuhan pada hukum dan keinginan untuk mencapai resolusi yang damai. Dengan demikian, berita ini tidak hanya melaporkan tanggapan Insanul Fahmi, tetapi juga memberikan wawasan tentang kompleksitas hubungan interpersonal, proses hukum, dan peran media dalam membentuk opini publik.
