BOSSPULSA.COM, Yogyakarta – Pasangan selebriti yang dikenal dengan gaya komunikasinya yang unik, Marshel Widianto dan Cesen, rupanya telah menyusun rencana liburan yang cukup ambisius untuk tahun 2026. Jauh dari sekadar liburan biasa, keduanya mengincar pengalaman menonton konser langsung dari salah satu musisi internasional paling populer saat ini, yaitu The Weeknd. Rencana ini terungkap saat keduanya ditemui awak media di Studio Trans TV, pada hari Sabtu, 27 Desember 2025. Cesen dengan antusias membagikan detail rencana tersebut, yang meskipun belum akan terwujud dalam waktu dekat, namun telah menjadi topik diskusi hangat di antara mereka. "Ada tahun depan. Aku mau nonton konser The Weeknd," ujar Cesen, menyiratkan kegembiraannya akan prospek tersebut. Pernyataan ini langsung disambut dengan ciri khas humor Marshel, yang tak pernah absen dalam setiap interaksinya. "The Weeknd tapi mainnya kerja… weekday," timpal Marshel sambil tertawa terbahak-bahak, mengundang tawa dari orang-orang di sekitarnya.
Cesen kemudian menjelaskan lebih lanjut mengenai ketertarikannya yang mendalam pada sosok The Weeknd. Ia mengklarifikasi bahwa dirinya bukanlah tipe penggemar fanatik yang selalu mengikuti setiap detail kehidupan sang idola, namun lebih kepada apresiasi terhadap karya-karya musik dan kualitas penampilannya. "Banget! Aku suka, aku suka. Tapi aku tuh bukan tipe orang yang nge-fans banget. Aku kayak orang yang tertarik kalau lihat FYP, kayak ‘Oh seru banget ya’," ungkap Cesen, merujuk pada popularitas The Weeknd yang seringkali viral di platform media sosial seperti TikTok. Ia menambahkan bahwa yang paling menarik perhatiannya adalah performa panggung The Weeknd yang dinilainya sangat total dan memukau. "Terus dia kalau performance, panggungnya total banget. Aku pengin lihat secara langsung, jadi penasaran banget," tambahnya, menunjukkan keinginannya untuk merasakan atmosfer konser secara langsung. Namun, Cesen tetap berusaha menjaga pandangannya agar kekagumannya tersebut tetap berada dalam batas kewajaran. "Aku suka lagunya, tapi aku biasa aja ngidolainnya," tegasnya, menegaskan bahwa kekagumannya tidak berlebihan.
Pertanyaan spontan pun muncul mengenai apakah Marshel akan turut serta dalam rencana liburan yang terkesan sangat personal bagi Cesen ini. Dengan keyakinan penuh, Marshel menyatakan kesiapannya untuk menemani sang istri. "Ikut dong pasti kalau itu. Karena kita berdua-dua," jawab Marshel, menunjukkan dukungan dan kebersamaan dalam setiap rencana yang dibuat oleh keluarganya. Pernyataan ini tentu saja disambut baik oleh Cesen, yang melihatnya sebagai bukti kuatnya ikatan di antara mereka. Namun, di tengah pembicaraan mengenai selera musik yang membawa mereka pada The Weeknd, Marshel tiba-tiba mengungkapkan preferensi musiknya sendiri yang ternyata sangat berbeda. "Gak, aku sukanya JKT48," pungkas Marshel seraya tertawa, menyiratkan bahwa meskipun ia akan menemani Cesen menonton The Weeknd, kecintaannya pada grup idola JKT48 tetap tak tergoyahkan. Pernyataan ini kembali memancing gelak tawa, menunjukkan dinamika pasangan yang penuh keceriaan dan perbedaan selera yang justru memperkaya hubungan mereka.
Lebih jauh lagi, rencana liburan Cesen untuk menonton The Weeknd tidak hanya sekadar keinginan sesaat, melainkan sebuah proyeksi jangka panjang yang menunjukkan betapa pentingnya pengalaman bersama bagi pasangan ini. Cesen, yang meskipun tidak mengidolakan secara fanatik, memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni pertunjukan musik. Ketertarikannya pada The Weeknd muncul dari paparan di media sosial dan ulasan tentang kualitas visual serta audio konsernya. Ia melihat penampilan The Weeknd sebagai sebuah bentuk seni pertunjukan yang patut disaksikan secara langsung, bukan sekadar mendengarkan lagu-lagu hitsnya melalui platform streaming. Ini menunjukkan bahwa Cesen memiliki kepekaan terhadap aspek performatif dalam musik, sebuah perspektif yang mungkin tidak semua penikmat musik miliki. Ia tidak hanya mencari hiburan, tetapi juga pengalaman estetis yang mendalam. Kemampuannya untuk mengagumi tanpa terjebak dalam fanatisme buta justru menunjukkan kedewasaan dalam mengapresiasi sebuah karya seni.
Di sisi lain, respons Marshel yang menyertainya dengan lelucon "The Weeknd tapi mainnya kerja… weekday" bukan sekadar candaan belaka. Ini bisa diartikan sebagai cara Marshel untuk meredakan ketegangan atau bahkan sebagai bentuk pengakuan atas kesibukan sang istri. Ia mungkin menyadari bahwa istilah "The Weeknd" yang merujuk pada akhir pekan, kontras dengan "weekday" atau hari kerja, bisa menjadi metafora atas realitas kehidupan mereka sebagai figur publik yang seringkali harus bekerja di akhir pekan. Humornya ini juga bisa menjadi cara Marshel untuk menunjukkan bahwa ia siap beradaptasi dan mendukung minat sang istri, meskipun mungkin bukan prioritas utamanya dalam hal selera musik. Kesiapannya untuk ikut menonton konser The Weeknd, meskipun ia lebih menyukai JKT48, adalah bukti nyata dari komitmennya dalam hubungan.
Perbedaan selera musik antara Marshel dan Cesen, di mana Cesen tertarik pada musisi internasional seperti The Weeknd dan Marshel memiliki kecintaan yang kuat pada JKT48, justru menjadi poin menarik yang memperkaya narasi keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sebuah hubungan, perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kesempatan untuk saling belajar dan menghargai. Marshel, dengan tawanya yang khas, secara terbuka mengakui preferensinya terhadap JKT48, sebuah grup idola yang memiliki basis penggemar yang loyal dan dikenal dengan konsep "idols" yang berbeda dari musisi pada umumnya. Ini bisa jadi mencerminkan ketertarikannya pada dinamika kelompok, interaksi dengan penggemar, atau mungkin nostalgia dengan era awal karirnya yang mungkin berkaitan dengan fenomena idola.
Rencana liburan ke luar kota atau bahkan luar negeri untuk menonton konser The Weeknd ini juga bisa diinterpretasikan sebagai sebuah investasi dalam kebahagiaan dan kebersamaan keluarga. Di tengah kesibukan dunia hiburan yang padat, meluangkan waktu untuk pengalaman yang berharga seperti menonton konser idola secara langsung adalah cara yang efektif untuk mempererat ikatan. Ini bukan sekadar tentang menonton konser, tetapi tentang menciptakan memori baru bersama, berbagi kegembiraan, dan merasakan momen spesial yang akan dikenang di masa depan. Cesen telah menyatakan bahwa ia bukanlah tipe orang yang "nge-fans banget", namun ia tertarik dengan totalitas penampilan The Weeknd. Ini menyiratkan bahwa ia mencari pengalaman yang lebih dari sekadar idola, melainkan sebuah apresiasi terhadap seni pertunjukan secara keseluruhan.
Lebih jauh lagi, pengakuan Cesen tentang bagaimana ia menemukan ketertarikannya pada The Weeknd melalui FYP (For Your Page) di media sosial seperti TikTok, menunjukkan bagaimana platform digital saat ini memainkan peran penting dalam membentuk preferensi budaya dan hiburan. FYP bukan hanya sekadar algoritma, tetapi juga cerminan tren dan minat yang berkembang di masyarakat. Fakta bahwa Cesen terpengaruh oleh konten yang viral di FYP menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang terbuka terhadap hal-hal baru dan mengikuti perkembangan zaman. Ini juga bisa menjadi indikasi bahwa The Weeknd berhasil menciptakan konten yang menarik dan relevan di platform digital, yang kemudian menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk Cesen.
Sementara itu, Marshel yang memilih JKT48 sebagai preferensi musiknya, menunjukkan bahwa ia memiliki apresiasi terhadap industri idola di Indonesia. JKT48, sebagai salah satu grup idola terbesar di Indonesia, memiliki sejarah panjang dan basis penggemar yang solid. Kecintaan Marshel pada JKT48 bisa jadi mencerminkan dukungan terhadap talenta lokal atau apresiasi terhadap konsep "idols" yang menawarkan interaksi yang lebih dekat dengan penggemar. Dalam konteks ini, perbedaan selera musik antara Marshel dan Cesen justru menjadi sebuah kekayaan. Mereka tidak memaksakan satu sama lain untuk menyukai hal yang sama, tetapi saling menerima dan mendukung minat masing-masing.
Rencana liburan tahun 2026 ini, meskipun masih dua tahun lagi, memberikan gambaran tentang bagaimana pasangan ini melihat masa depan mereka. Mereka tidak hanya berfokus pada karir, tetapi juga pada penciptaan pengalaman hidup yang bermakna bersama. Pertanyaan tentang apakah Marshel akan ikut dalam rencana tersebut dijawab dengan tegas, "Ikut dong pasti kalau itu. Karena kita berdua-dua." Kalimat ini sangat kuat karena menunjukkan bahwa Marshel melihat rencana tersebut sebagai kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama istrinya, bukan hanya sebagai "temannya Cesen" yang ikut menonton konser. Kebersamaan adalah prioritas utama baginya.
Sebagai penutup, meskipun Marshel dengan bercanda menyatakan bahwa ia lebih menyukai JKT48, fakta bahwa ia bersedia menemani Cesen menonton konser The Weeknd adalah inti dari berita ini. Ini adalah cerita tentang cinta, dukungan, dan komitmen dalam sebuah hubungan. Perbedaan selera musik bukanlah halangan, melainkan justru menjadi warna-warni yang membuat hubungan mereka semakin menarik. Rencana liburan ini menjadi simbol dari keinginan mereka untuk terus menciptakan momen-momen berharga bersama, merayakan perbedaan, dan tumbuh bersama sebagai pasangan. Kisah Marshel dan Cesen ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana menghargai perbedaan dan menjadikan kebersamaan sebagai prioritas utama dalam membangun sebuah keluarga yang bahagia.
