BOSSPULSA.COM, Yogyakarta – Kehidupan pribadi figur publik kerap kali menjadi sorotan, tak terkecuali bagi Enno Lerian, mantan penyanyi cilik yang kini telah beranjak dewasa. Belakangan ini, sang suami, Priambodo Soesetyo, menjadi perbincangan hangat di jagat maya, khususnya di platform TikTok, yang menjadi wadah interaksi Enno dengan para penggemarnya. Kemunculan Priambodo dalam berbagai konten TikTok sang istri memancing beragam komentar dari netizen. Penampilannya yang kini dihiasi jenggot putih alias beruban, memicu reaksi yang terbagi. Sebagian netizen melontarkan pujian, mengagumi pesona Priambodo yang dianggap memancarkan aura kedewasaan dan karisma seorang pria matang. Namun, tak sedikit pula yang justru melontarkan cibiran pedas. Komentar-komentar bernada julid ini menyoroti perbedaan usia yang terlihat dari fisik Priambodo, bahkan ada yang secara terang-terangan menyebutnya seperti ayah bahkan kakek dari Enno Lerian.
Menanggapi reaksi tak terduga dari para netizen tersebut, Enno Lerian mengaku kaget. Ia mengungkapkan bahwa hubungannya dengan Priambodo telah terjalin selama 14 tahun, sebuah rentang waktu yang cukup lama untuk mengenal satu sama lain. Selama bertahun-tahun tersebut, penampilan fisik suaminya tidak banyak berubah, kecuali perubahan alami yang terjadi seiring bertambahnya usia, seperti munculnya uban pada jenggot Priambodo. "Sebenarnya suamiku dari 14 tahun yang lalu sampai sekarang tuh orangnya sama. Bedanya adalah di jenggotnya aja sekarang udah berubah jadi putih," ujar Enno Lerian saat ditemui di kawasan Jalan Kapten P Tendean, Jakarta Selatan, pada Jumat, 19 Desember 2025. Perubahan fisik yang merupakan keniscayaan alamiah ini rupanya menjadi pemicu utama beragam komentar di media sosial.
Mantan penyanyi cilik yang populer di era 90-an ini tidak menampik bahwa ia sempat terbawa perasaan atau baper ketika membaca komentar-komentar julid dari netizen yang secara spesifik menyoroti perbedaan fisik antara dirinya dan sang suami. Komentar-komentar yang mempertanyakan hubungan mereka, seperti "Ih ini kakeknya ya?" atau "Ini bapaknya?", tentu saja terasa menyakitkan dan merendahkan. "Ada saatnya aku kebawa baper sih. Kalau misalnya, ‘Ih ini kakeknya ya?’, ‘Ini bapaknya?’, itu kan artinya udah jelek banget, udah kayak nyela," curhat Enno dengan nada lirih. Ia merasa perlu mengingatkan para netizen bahwa Priambodo adalah suaminya yang telah menemaninya selama bertahun-tahun, bukan sekadar figur asing yang terlihat jauh lebih tua. "Padahal kan, halo, ini suamiku dari 14 tahun yang lalu loh," ungkapnya, mencoba menegaskan kembali realitas hubungannya.
Berbeda dengan sang istri yang sempat merasakan gejolak emosi akibat komentar negatif, Priambodo Soesetyo justru menunjukkan sikap yang jauh lebih santai dan lapang dada dalam menanggapi berbagai komentar mengenai penampilannya yang dianggap jauh lebih tua dari Enno. Pria berusia 50 tahun ini mengungkapkan bahwa ia sudah terbiasa dengan persepsi semacam itu, terutama karena lingkungan pekerjaannya yang banyak diisi oleh generasi muda. "Kalau aku sih nanggepinnya biasa-biasa aja. Kebetulan saya di lingkungan kerja yang banyak banget anak-anak Gen Z," ujar Priambodo. Pengalaman berinteraksi dengan kaum muda yang memiliki cara pandang berbeda terhadap usia dan penampilan membuatnya lebih kebal terhadap komentar yang bersifat menghakimi.
Priambodo bahkan menanggapinya dengan tawa ketika ada yang menyamakannya dengan orang tua mereka. "Dibilang, ‘Ya Allah Mas, ternyata umur lo sama kayak umur bokap gue’. Jadi ketawa aja. Di social media orang bisa ngomong apa aja, jadi aku belum masukin ke hati," tambahnya dengan nada santai, menunjukkan bahwa ia tidak terlalu memusingkan perkataan orang lain di dunia maya. Baginya, media sosial adalah ruang publik di mana setiap orang bebas berpendapat, namun tidak semua pendapat tersebut perlu dianggap serius atau dimasukkan ke dalam hati. Sikapnya yang cuek ini tentu saja sangat membantu Enno dalam menghadapi situasi serupa.
Meskipun terdapat perbedaan usia sekitar delapan tahun antara Enno Lerian yang berusia 42 tahun dan Priambodo Soesetyo yang berusia 50 tahun, Enno memilih untuk bersikap masa bodoh terhadap komentar-komentar negatif tersebut. Ia menyadari bahwa komentar negatif yang menyoroti perbedaan usia pasangan figur publik merupakan hal yang umum terjadi dan seringkali menjadi semacam "template" bagi netizen yang gemar memberikan penilaian. Enno berpendapat bahwa usia bukanlah satu-satunya indikator kebahagiaan dan keberhasilan dalam sebuah hubungan pernikahan. Ia menekankan bahwa yang terpenting dalam sebuah hubungan adalah kesehatan, tanggung jawab, dan cinta yang tulus. "Mau tua sama muda, gak ada jaminan sama sekali. Yang paling utama adalah mau dia lebih tua atau muda, yang penting sehat walafiat, bertanggung jawab, dan mencintai kita," pungkas Enno Lerian, mengakhiri pernyataannya dengan bijak.
Pernyataan Enno Lerian ini mencerminkan pemahamannya yang mendalam tentang arti sesungguhnya dari sebuah hubungan yang harmonis. Ia menegaskan bahwa standar kecantikan dan kesempurnaan fisik yang seringkali dipaksakan oleh masyarakat tidak seharusnya menjadi penentu nilai sebuah pernikahan. Jenggot putih yang menghiasi wajah Priambodo, yang bagi sebagian netizen menjadi bahan cibiran, justru oleh Enno dilihat sebagai tanda kedewasaan dan pengalaman hidup yang berharga. Perbedaan usia fisik yang mencolok ini, alih-alih menjadi sumber masalah, justru menjadi pengingat bagi Enno tentang perjalanan hidup yang telah mereka lalui bersama.
Dalam budaya yang seringkali menekankan penampilan awet muda, komentar julid terhadap Priambodo mungkin tidak mengherankan. Namun, Enno Lerian secara tegas menolak untuk terjebak dalam standar sempit tersebut. Ia memilih untuk fokus pada kualitas hubungan yang ia jalani bersama Priambodo. Cinta, pengertian, dan rasa saling menghargai adalah pilar-pilar yang ia utamakan, bukan sekadar kesamaan usia atau kesempurnaan fisik. Sikap Enno ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak pasangan lain yang mungkin menghadapi prasangka serupa dari lingkungan sekitar.
Lebih lanjut, sikap Priambodo yang santai dan tidak terpengaruh oleh komentar negatif juga patut diacungi jempol. Ia menunjukkan kedewasaan dalam menghadapi opini publik yang terkadang tidak konstruktif. Kemampuannya untuk membedakan antara kritik membangun dan sekadar julid menjadi kunci ketenangan batinnya. Ini juga membuktikan bahwa ia adalah pasangan yang suportif bagi Enno, karena ia tidak membiarkan komentar negatif merusak kebahagiaan mereka.
Interaksi Enno dan Priambodo di TikTok, meskipun memicu komentar negatif, justru juga menunjukkan sisi lain dari hubungan mereka yang hangat dan penuh canda. Konten-konten yang mereka bagikan seringkali menampilkan keakraban dan kebahagiaan mereka, yang seharusnya menjadi bukti nyata dari kualitas hubungan mereka, bukan sekadar penampilan fisik. Sayangnya, beberapa netizen lebih memilih untuk berfokus pada aspek yang dangkal.
Kisah Enno Lerian dan Priambodo Soesetyo ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana menyikapi penilaian negatif di era digital. Penting untuk diingat bahwa media sosial adalah platform yang luas, dan tidak semua pengguna memiliki niat baik atau pemahaman yang sama. Menjaga kesehatan mental dan fokus pada kebahagiaan diri sendiri serta pasangan adalah prioritas utama. Enno Lerian telah membuktikan bahwa ia mampu melakukannya dengan elegan dan tegas. Ia tidak hanya membela suaminya, tetapi juga memberikan pesan kuat tentang pentingnya menerima perbedaan dan menghargai kualitas hubungan di atas penampilan fisik semata.
Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, Priambodo masih memiliki pesona tersendiri yang diakui oleh sebagian netizen. Aura kedewasaan yang terpancar dari wajahnya yang mulai dihiasi uban justru bisa dianggap sebagai simbol kebijaksanaan dan pengalaman hidup. Perbedaan fisik yang mencolok ini, bagi Enno, mungkin justru menjadi pengingat akan perjalanan panjang yang telah mereka lalui bersama, membangun keluarga dan saling mendukung dalam setiap fase kehidupan.
Komentar negatif yang ditujukan kepada Priambodo bisa jadi merupakan cerminan dari ketidaknyamanan sebagian masyarakat terhadap pasangan yang memiliki perbedaan usia signifikan. Namun, Enno Lerian dengan bijak menepis pandangan tersebut. Ia menekankan bahwa kebahagiaan dalam pernikahan tidak diukur dari kesamaan usia, melainkan dari pondasi cinta, tanggung jawab, dan rasa saling menghargai yang kuat. Dalam hal ini, Enno dan Priambodo telah berhasil membangun sebuah fondasi yang kokoh, terlepas dari pandangan orang lain.
Dukungan yang ditunjukkan Enno Lerian kepada suaminya juga patut diapresiasi. Ia tidak ragu untuk membela Priambodo ketika diserang dengan komentar-komentar yang tidak pantas. Sikapnya ini menunjukkan bahwa ia adalah istri yang setia dan protektif, yang siap pasang badan demi melindungi orang yang dicintainya. Kekuatan solidaritas dalam pernikahan mereka terlihat jelas melalui cara mereka menghadapi cobaan ini bersama-sama.
Priambodo Soesetyo sendiri, dengan kepribadiannya yang santai, tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh berbagai komentar negatif yang beredar. Ia memilih untuk menjalani hidupnya dengan tenang dan fokus pada hal-hal yang positif. Kemampuannya untuk tetap positif di tengah tekanan publik adalah contoh nyata dari ketangguhan mental yang patut ditiru. Sikapnya ini juga secara tidak langsung membantu Enno dalam menghadapi situasi yang sama.
Sebagai kesimpulan, kasus Enno Lerian dan Priambodo Soesetyo ini merupakan pengingat bahwa penampilan fisik seringkali menjadi sasaran empuk bagi komentar negatif di media sosial. Namun, yang terpenting adalah bagaimana pasangan tersebut menyikapi hal ini. Enno Lerian telah memberikan contoh yang inspiratif tentang bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga dengan fokus pada nilai-nilai inti seperti cinta, tanggung jawab, dan saling menghargai, bukan sekadar pada penampilan luar yang fana. Ia tak tinggal diam, namun responnya penuh dengan kebijaksanaan dan ketegasan, menunjukkan bahwa cinta sejati mampu melampaui segala bentuk prasangka dan cibiran.
