0

Progres Terbaru BTS di Aceh, Komdigi Sebut yang Aktif Sudah 73,5%

Share

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Republik Indonesia, melalui pernyataan resmi dari Menkomdigi Meutya Hafid, mengumumkan perkembangan signifikan terkait status Base Transceiver Station (BTS) di Provinsi Aceh. Kenaikan aktivasi BTS yang mencapai 73,5% dalam waktu singkat ini menandai sebuah kemajuan berarti dalam upaya pemulihan dan peningkatan kualitas layanan telekomunikasi di wilayah tersebut. Informasi ini disampaikan dalam Pelaksanaan Apel Posko Siaga Kualitas Layanan Telekomunikasi Natal Tahun Baru 2025 dan Tahun Baru 2026 yang berlangsung di Kantor Komdigi, Jakarta, pada hari Jumat, 19 Desember 2025.

Meutya Hafid menjelaskan bahwa progres yang dicapai di Aceh sangatlah cepat. "Aceh ini dalam satu hari terakhir, dari tanggal 17 ke 18 (Desember), kita melihat ada kenaikan yang cukup tinggi dari sebelumnya yang hanya sekitar 50-an persen. Per dini hari tadi pukul 00:00, On Air BTS sudah di angka 73,5%. Saya rasa ini adalah hasil kerja keras bersama antara pemerintah dan teman-teman operator," ujar Meutya dengan nada apresiasi. Lonjakan persentase ini mencerminkan komitmen kuat dan upaya kolaboratif yang intensif untuk memastikan masyarakat Aceh dapat kembali menikmati akses telekomunikasi yang stabil dan berkualitas. Angka 73,5% bukan sekadar statistik, melainkan indikator vital bagi ribuan masyarakat yang kini dapat terhubung, mengakses informasi, dan menjalankan aktivitas digital mereka dengan lebih lancar.

Meskipun demikian, Menkomdigi Meutya Hafid menegaskan bahwa angka 73,5% bukanlah tujuan akhir. Ia mengingatkan pentingnya untuk terus menggenjot persentase pengoperasian BTS hingga mencapai target 100%. Meutya secara spesifik menyoroti beberapa kabupaten dan kota di Aceh yang masih memerlukan perhatian dan penanganan lebih lanjut untuk percepatan aktivasi BTS. "Hanya kemudian kita titip nanti tolong fokus pada daerah-daerah yang memang masih berat seperti tadi Bener Meriah, Aceh Tamiang, Gayo Lues untuk kemudian disegerakan. Jadi kita sekali lagi tentu angka 73 persen meskipun ini juga kenaikan, tetap harus 100 persen," tegas Meutya, menekankan bahwa pemerataan akses adalah kunci utama dalam agenda transformasi digital nasional. Daerah-daerah ini, yang dikenal memiliki tantangan geografis dan infrastruktur yang lebih kompleks, memerlukan strategi dan sumber daya tambahan untuk memastikan tidak ada satu pun wilayah yang tertinggal dalam ekosistem digital.

Base Transceiver Station, atau yang lebih dikenal dengan BTS, adalah komponen krusial dalam infrastruktur telekomunikasi modern. Menara-menara ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan perangkat seluler pengguna dengan jaringan telekomunikasi global, memungkinkan panggilan telepon, pengiriman pesan, dan akses internet. Keberadaan BTS sangat vital, terutama di daerah-daerah terpencil dan pedesaan, di mana konektivitas seringkali menjadi barang mewah. Tanpa BTS yang berfungsi optimal, masyarakat di wilayah tersebut akan terisolasi secara digital, menghambat akses terhadap pendidikan daring, layanan kesehatan tele-medis, peluang ekonomi digital, serta informasi penting yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, percepatan aktivasi BTS di Aceh bukan hanya tentang menyediakan sinyal telepon, tetapi juga tentang membuka gerbang menuju kemajuan dan inklusi digital bagi seluruh warganya.

Komdigi, sebagai garda terdepan dalam pembangunan infrastruktur digital nasional, memiliki mandat besar untuk memastikan pemerataan akses telekomunikasi di seluruh pelosok Indonesia. Upaya "pemulihan" yang disebutkan oleh Meutya Hafid mengindikasikan bahwa terdapat tantangan sebelumnya yang perlu diatasi, baik itu terkait dengan pemeliharaan, peningkatan kapasitas, atau bahkan pembangunan infrastruktur baru. Proses pemulihan ini tidak hanya melibatkan perbaikan teknis, tetapi juga koordinasi lintas sektoral dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, penyedia layanan telekomunikasi, dan komunitas lokal, untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas setiap langkah yang diambil. Komdigi berkomitmen untuk menciptakan ekosistem digital yang kuat dan inklusif, di mana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari revolusi digital.

Berbeda dengan Aceh, kondisi akses jaringan di wilayah Sumatra Barat dan Sumatra Utara dilaporkan sudah jauh lebih stabil. Meutya menyebutkan bahwa persentase BTS yang mulai beroperasi di kedua provinsi tersebut sudah berada di atas 95%. "Hari ini kita ada kenaikan on air yang cukup baik, cukup signifikan. Sehingga saya merasa perlu menyampaikan terima kasih kepada teman-teman sekalian. Mulai dari Sumatra Barat sebelumnya memang sudah di atas 98-99% onair BTS-nya. Nah untuk di Sumatra Utara juga sudah di 97-98% onair. Ini juga sudah stabil," jelas Meutya. Angka-angka ini menunjukkan bahwa infrastruktur telekomunikasi di Sumatra Barat dan Sumatra Utara telah mencapai tingkat kematangan dan keandalan yang tinggi, menjadi contoh keberhasilan dalam pembangunan jaringan. Stabilitas ini sangat penting, terutama menjelang periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang diprediksi akan mengalami lonjakan trafik telekomunikasi.

Kendati demikian, Meutya menekankan agar prioritas tetap diberikan pada penyelesaian masalah di kabupaten dan kota yang belum sepenuhnya tercakup, terutama di Aceh. Menurutnya, hal ini menjadi sangat penting bukan hanya untuk keberlangsungan proses pemulihan di sektor telekomunikasi, tetapi juga untuk mendukung pemulihan di sektor-sektor lain seperti ekonomi, pendidikan, dan layanan publik. Ketersediaan jaringan yang handal akan menjadi tulang punggung bagi berbagai inisiatif pembangunan daerah.

Tantangan yang dihadapi oleh para operator telekomunikasi saat ini memang tidak mudah. Mereka dihadapkan pada fokus ganda: pertama, menyiagakan dan memastikan kualitas layanan selama periode Nataru yang krusial, dan kedua, pada saat yang bersamaan, terus memantau serta mempercepat proses pemulihan dan aktivasi BTS di tiga provinsi yang masih memerlukan penanganan, terutama Aceh. Kesiapan Nataru melibatkan peningkatan kapasitas jaringan, penempatan tim siaga di lokasi-lokasi strategis, dan respons cepat terhadap gangguan. Sementara itu, pemulihan di Aceh memerlukan koordinasi logistik yang rumit, penanganan teknis di area sulit, dan alokasi sumber daya yang signifikan. Keseimbangan antara kedua prioritas ini membutuhkan manajemen yang cermat dan kerja keras yang luar biasa dari seluruh pihak yang terlibat.

"PR kita saat ini untuk Aceh, untuk dua provinsi lainnya sudah stabil. Jadi untuk Aceh ini yang sedang kita giatkan. Terus saya tadi mengapresiasi juga teman-teman operator yang kita melihat ada kenaikan yang cukup baik, untuk on air BTS di wilayah Aceh," imbuh Meutya. Apresiasi ini menjadi motivasi bagi para operator untuk terus berinovasi dan bekerja tanpa lelah demi mencapai target 100% aktivasi BTS. Peningkatan konektivitas di Aceh diharapkan akan membawa dampak positif yang multidimensional. Sektor ekonomi lokal akan tumbuh dengan adanya kemudahan transaksi digital dan promosi pariwisata. Pendidikan akan semakin inklusif dengan akses ke sumber belajar daring. Layanan kesehatan dapat menjangkau lebih banyak orang melalui tele-medis. Dan secara sosial, masyarakat akan lebih terhubung, memperkuat kohesi sosial dan partisipasi dalam pembangunan daerah.

Dengan komitmen kuat dari Komdigi dan kerja keras para operator, diharapkan target 100% aktivasi BTS di Aceh dapat segera tercapai. Keberhasilan ini tidak hanya akan menandai tercapainya angka statistik, tetapi juga terwujudnya visi Indonesia yang lebih terhubung, inklusif, dan maju secara digital. Ini adalah langkah penting menuju masa depan di mana setiap warga negara, di setiap pelosok negeri, memiliki akses yang setara terhadap peluang dan potensi yang ditawarkan oleh era digital.