0

Apple Tertinggal di AI, Untung iPhone 17 Laris

Share

Jakarta – Dalam bentangan waktu krusial bagi industri teknologi, Apple Inc. tengah menghadapi paradoks mencolok: raksasa Cupertino ini terkesan tertinggal jauh dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI) yang mendominasi narasi teknologi global, namun pada saat yang sama, bisnis utamanya, iPhone, justru meraup kesuksesan luar biasa. Kesuksesan peluncuran iPhone 17 yang laris manis menjadi bantalan empuk yang memberikan Apple waktu berharga untuk merancang serangan balik AI-nya, terutama dengan janji peluncuran generasi terbaru asisten suara AI mereka, Siri, pada tahun 2025.

Perusahaan menjanjikan kepada para investor bahwa salah satu peluncuran terbesar dalam sejarah Apple akan hadir tahun depan, namun tidak ada hubungannya dengan perangkat keras semata. Fokus utama adalah pada generasi terbaru Siri, asisten suara AI yang telah lama menjadi fitur ikonik iPhone, namun kini dianggap usang di tengah gelombang inovasi AI generatif. Pertaruhannya sangat besar bagi peluncuran Siri yang lebih personal, lebih cerdas, dan lebih terintegrasi, mengingat Apple sejauh ini absen dalam perlombaan AI industri teknologi yang dimulai saat OpenAI meluncurkan ChatGPT pada akhir 2022, memicu revolusi yang mengubah lanskap teknologi secara fundamental.

Biasanya, Apple dikenal sangat merahasiakan peta jalan produknya dari publik, namun untuk kasus Siri, pembuat iPhone ini membuat pengecualian. Perusahaan seharusnya meluncurkan asisten AI baru tersebut pada tahun 2025. Namun, kabar mengenai penundaan pembaruan yang awalnya direncanakan pada bulan Maret telah menambah kekhawatiran di kalangan pengamat dan investor. Penundaan ini menggarisbawahi kompleksitas pengembangan AI yang mendalam dan mungkin juga upaya Apple untuk memastikan peluncuran yang benar-benar transformatif, bukan sekadar respons reaktif terhadap pesaing.

Seiring konsumen semakin terbiasa melakukan percakapan yang luwes dan interaksi yang lebih alami dengan platform AI generatif seperti ChatGPT dari OpenAI, Claude buatan Anthropic, dan chatbot Gemini milik Google, tekanan kini berada di pihak Apple untuk mengejar ketertinggalan. Ekspektasi pengguna terhadap asisten digital telah melampaui kemampuan dasar Siri saat ini, yang seringkali terasa kaku dan terbatas dibandingkan dengan kompetitor yang mampu memahami konteks, menghasilkan teks, dan bahkan berinteraksi secara multi-modal. Jika Siri tidak segera beradaptasi, risiko kehilangan relevansi di mata jutaan pengguna iPhone akan semakin besar.

CEO Apple, Tim Cook, telah mencoba menenangkan para investor dengan mengatakan pada bulan Oktober bahwa Apple telah membuat kemajuan yang baik terkait Siri. Namun, ia tidak memberikan rincian spesifik, menjaga misteri khas Apple. Pernyataan ini ditafsirkan oleh Gene Munster dari Deepwater Asset Management sebagai sinyal bahwa Apple sedang menyiapkan sesuatu yang besar. "Itu menaikkan standar secara signifikan tentang apa yang bisa diharapkan," ujar Munster. "Pada dasarnya mereka berkata: tahun ini jangan ganggu kami soal AI dan kami akan membuat Anda terpukau dengan apa yang kami tunjukkan tahun depan." Pernyataan ini mencerminkan strategi Apple yang konsisten: menunggu, menyempurnakan, lalu meluncurkan produk yang dianggap revolusioner, bukan sekadar ikut-ikutan.

Namun, strategi "wait and see" ini datang dengan risiko yang signifikan di era AI yang bergerak cepat. Sepanjang tahun 2025, atau lebih tepatnya, dalam periode yang mengarah ke peluncuran Siri baru, AI telah ada di mana-mana kecuali di Cupertino, markas besar Apple. Pesaing Apple telah melaju kencang dengan inovasi yang memukau:

  • OpenAI: Setelah meluncurkan ChatGPT yang fenomenal pada akhir 2022, mereka terus berinovasi dengan produk seperti Sora, aplikasi pembuat video dari teks yang sempat memuncaki App Store dan menunjukkan potensi AI dalam kreasi konten visual.
  • Google: Raksasa pencarian ini tidak tinggal diam. Mereka merilis Gemini 3 yang fenomenal, model AI multi-modal yang mampu memproses dan memahami berbagai jenis data—teks, gambar, audio, dan video—dengan tingkat akurasi dan konteks yang tinggi. Integrasi Gemini ke dalam ekosistem Android dan layanan Google lainnya memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan.
  • Anthropic: Perusahaan ini terus mengembangkan model Claude barunya, yang dikenal dengan fokus pada keamanan dan etika AI, menarik perhatian dari berbagai sektor yang membutuhkan AI yang lebih bertanggung jawab.
  • Amazon: Bahkan Amazon merombak asisten AI Alexa-nya, berusaha membuatnya lebih proaktif dan cerdas dalam memahami kebutuhan pengguna di rumah pintar.

Dampak dari ledakan AI ini tidak hanya terasa pada inovasi produk, tetapi juga pada valuasi pasar. Saham Apple sendiri memang naik 12% sepanjang tahun 2025 (merujuk pada proyeksi tahun tersebut, atau kinerja yang kuat hingga tahun tersebut), dengan sebagian besar kenaikan terjadi beberapa bulan terakhir karena peluncuran iPhone 17 yang sukses. Namun, pesaing seperti Google, sebagai pembuat Android, berada di pusat ledakan AI dan sahamnya melonjak lebih dari 60% tahun ini, mencerminkan optimisme investor terhadap masa depan AI mereka.

Yang paling mencolok, di awal tahun, Nvidia merebut mahkota sebagai perusahaan teknologi paling bernilai dari tangan Apple. Hal ini didorong oleh permintaan sangat tinggi terhadap GPU Nvidia, perangkat keras krusial yang menjadi tulang punggung pengembangan dan operasional model-model AI mutakhir. Sementara Apple belum meluncurkan produk AI besar yang setara dengan ChatGPT atau Gemini dalam hal dampak publik sejak pengumuman Apple Intelligence di WWDC 2024, yang mengintegrasikan kemampuan AI generatif ke dalam iOS dan ekosistem Apple lainnya, namun belum sepenuhnya mengubah pengalaman Siri secara radikal. Apple Intelligence sendiri adalah langkah penting Apple ke dalam AI generatif on-device, namun belum cukup untuk meredam kekhawatiran tentang posisi Apple dalam perlombaan AI secara keseluruhan.

Meskipun beberapa investor khawatir Apple tertinggal dalam AI, bisnis terpentingnya berkinerja lebih baik dari sebelumnya. iPhone 17 sukses besar dan Apple kemungkinan besar akan menjadi vendor HP teratas dalam hal unit yang dikirimkan pada tahun 2025 dan tahun-tahun berikutnya. Kesuksesan ini adalah penyelamat, memberikan Apple kelonggaran finansial dan waktu untuk menyempurnakan strategi AI-nya.

AI Apple yang biasa saja belum merugikan penjualan iPhone, kata analis Counterpoint, Yang Wang. Menurutnya, fitur AI baru dari perusahaan teknologi lain belum secara drastis mengubah pengalaman sehari-hari dalam menggunakan smartphone. "Kami belum melihatnya ancaman besar bagi Apple, karena kompetisi belum benar-benar menghadirkan sesuatu yang luar biasa hebat," ujarnya. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa meskipun ada banyak inovasi AI, "aplikasi pembunuh" yang benar-benar mengubah cara kita menggunakan smartphone sehari-hari, di luar chatbot, masih belum muncul secara massal. Loyalitas merek Apple yang kuat, ekosistem yang terintegrasi, dan kinerja hardware yang superior masih menjadi daya tarik utama bagi konsumen.

Namun, kelonggaran ini tidak akan berlangsung selamanya. Apple masih punya waktu untuk menyiapkan serangan balasan, tetapi jendela peluang semakin menyempit. "Mereka punya lebih banyak waktu daripada yang disadari orang untuk memikirkan hal ini. Tapi untuk jangka pendek, mereka harus memberikan nilai 10 dari 10 saat Siri baru ini diluncurkan," cetus Munster. Ini berarti Siri baru harus lebih dari sekadar pembaruan inkremental. Ia harus mampu:

  • Memahami Konteks Lebih Dalam: Mampu mengingat percakapan sebelumnya, memahami preferensi pengguna, dan beradaptasi dengan situasi yang berbeda.
  • Interaksi Multi-Modal: Tidak hanya teks dan suara, tetapi juga memahami gambar, video, dan konteks visual dari kamera iPhone.
  • Integrasi Ekosistem yang Mulus: Berinteraksi secara cerdas dengan semua aplikasi dan layanan Apple, dari email hingga kalender, foto hingga musik, dan bahkan aplikasi pihak ketiga.
  • Pemrosesan On-Device: Untuk privasi dan kecepatan, banyak fungsi AI harus mampu berjalan langsung di perangkat tanpa harus selalu terhubung ke cloud.
  • Proaktif dan Prediktif: Mampu mengantisipasi kebutuhan pengguna sebelum diminta, seperti menyarankan rute berdasarkan jadwal, atau mengingatkan tentang acara penting dengan informasi relevan.

Masa depan Apple dalam lanskap teknologi yang didorong AI akan sangat bergantung pada seberapa berhasil mereka menghidupkan kembali Siri. Ini bukan hanya tentang fitur baru, tetapi tentang bagaimana Apple mendefinisikan kembali pengalaman pengguna dengan AI. Jika mereka dapat meluncurkan Siri yang benar-benar transformatif, mereka tidak hanya akan mengejar ketertinggalan tetapi mungkin juga menetapkan standar baru untuk AI personal yang terintegrasi secara mendalam ke dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jika peluncuran itu gagal memenuhi ekspektasi yang tinggi, bahkan kesuksesan iPhone 17 mungkin tidak cukup untuk menutupi kerugian reputasi dan pasar dalam jangka panjang. Taruhan belum pernah sebesar ini bagi raksasa yang satu ini.