BOSSPULSA.COM, Yogyakarta – Pasar mobil listrik di Indonesia terus menunjukkan geliatnya, dan Polytron menjadi salah satu pemain yang mulai mencuri perhatian. Berdasarkan data penjualan wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) per November 2025, Polytron berhasil menempatkan diri di atas beberapa merek mobil listrik lain yang telah lebih dulu hadir. Kehadiran Polytron di segmen ini terbilang baru, dengan dua model andalannya, G3 dan G3+, yang merupakan hasil kerja sama strategis dengan perusahaan asal Tiongkok, Skyworth.
Sejak diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada Mei 2025, mobil listrik Polytron mulai didistribusikan secara resmi pada Juli 2025. Hingga akhir November 2025, total distribusi wholesales untuk mobil listrik Polytron mencapai 286 unit. Dari angka tersebut, varian G3 menunjukkan popularitas yang lebih tinggi, dengan 170 unit terdistribusi, sementara sisanya berasal dari model G3+. Meskipun demikian, pencapaian ini belum mampu menempatkan Polytron dalam daftar 10 besar mobil listrik terlaris di Indonesia.
Secara keseluruhan, pasar mobil listrik di Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Data wholesales untuk periode Januari hingga November 2025 mencatat total penjualan sebanyak 82.525 unit mobil listrik, dari total penjualan kendaraan secara umum yang mencapai 710.084 unit. Merek asal Tiongkok, BYD, mendominasi pasar mobil listrik Indonesia dengan angka penjualan mencapai 40.151 unit. Posisi kedua ditempati oleh Denza, sub-brand mewah dari BYD, yang berhasil mendistribusikan 7.176 unit. Chery melengkapi posisi tiga besar dengan penjualan 7.065 unit.
Namun, ketika melihat performa penjualan bulanan, khususnya pada bulan November 2025, Polytron menunjukkan performa yang mengesankan. Perusahaan ini berhasil mendistribusikan 81 unit mobil listriknya. Angka ini secara signifikan melampaui beberapa merek lain yang juga aktif di pasar mobil listrik, seperti Neta (61 unit), Toyota (5 unit), Mitsubishi (1 unit), Morris Garage (27 unit), Maxus (15 unit), dan VinFast (68 unit). Pencapaian ini menandakan bahwa strategi Polytron dalam memasuki pasar mobil listrik mulai menunjukkan hasil, meskipun masih harus bersaing dengan pemain yang lebih mapan.
Proses perakitan mobil listrik Polytron G3 dan G3+ dilakukan di fasilitas PT Handal Indonesia Motor (HIM) yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Saat ini, perakitan mobil listrik Polytron masih menggunakan metode semi knocked down (SKD). Meskipun demikian, spesifikasi teknis yang ditawarkan cukup menarik. Kedua varian ini diklaim memiliki jarak tempuh hingga 402 kilometer berdasarkan standar CLTC (China Light-duty vehicle Test Cycle). Kecepatan maksimalnya mencapai 150 km/jam, dan akselerasinya dari 0 hingga 100 km/jam dapat ditempuh dalam waktu 9,6 detik.
Dapur pacu kedua mobil listrik ini mengandalkan baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) dengan kapasitas 51,916 kWh. Motor listriknya mampu menghasilkan daya sebesar 150 kW, dengan torsi mencapai 320 Nm. Torsi yang besar ini menjadi ciri khas mobil listrik yang menawarkan akselerasi instan dan responsif sejak putaran rendah.
Menariknya, Polytron menawarkan dua opsi skema kepemilikan untuk mobil listriknya, yaitu opsi sewa baterai dan opsi pembelian unit termasuk baterai. Opsi sewa baterai ini dapat menjadi daya tarik bagi konsumen yang ingin mengurangi biaya awal pembelian atau yang memiliki kekhawatiran jangka panjang terkait degradasi baterai. Dengan skema sewa, konsumen hanya perlu membayar biaya bulanan untuk penggunaan baterai, sementara kepemilikan unit mobil tetap menjadi milik mereka. Hal ini dapat membuat harga mobil listrik menjadi lebih terjangkau, membuka peluang bagi lebih banyak konsumen untuk beralih ke kendaraan listrik.
Detail mengenai daftar harga untuk kedua opsi kepemilikan ini akan sangat menentukan daya saing Polytron di pasar. Opsi sewa baterai biasanya akan menekan harga jual mobil secara signifikan, namun akan ada biaya bulanan yang perlu dipertimbangkan. Sementara itu, opsi pembelian termasuk baterai akan memiliki harga jual awal yang lebih tinggi, namun konsumen tidak perlu lagi memikirkan biaya berlangganan. Perlu dicatat bahwa spesifikasi baterai yang digunakan, yaitu LFP, dikenal memiliki keunggulan dalam hal keamanan dan usia pakai yang lebih panjang dibandingkan jenis baterai lainnya, meskipun kepadatan energinya mungkin sedikit lebih rendah.
Polytron, yang dikenal luas sebagai produsen produk elektronik konsumen, melakukan langkah strategis dengan memasuki industri otomotif, khususnya di segmen kendaraan listrik yang sedang berkembang pesat. Keputusan ini menunjukkan ambisi perusahaan untuk melakukan diversifikasi bisnis dan memanfaatkan peluang di era elektrifikasi. Kolaborasi dengan Skyworth, sebuah perusahaan teknologi asal Tiongkok yang juga memiliki pengalaman dalam pengembangan kendaraan listrik, memberikan Polytron akses terhadap teknologi dan platform yang sudah teruji.
Dukungan dari industri lokal, seperti perakitan di fasilitas PT Handal Indonesia Motor, juga menjadi poin penting. Hal ini tidak hanya membantu dalam proses produksi, tetapi juga berpotensi dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kapabilitas industri otomotif dalam negeri dalam mengadopsi teknologi baru. Proses perakitan SKD memungkinkan transfer pengetahuan dan teknologi secara bertahap, yang bisa menjadi landasan untuk pengembangan produksi yang lebih kompleks di masa depan.
Pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia didorong oleh berbagai faktor, termasuk meningkatnya kesadaran lingkungan, insentif pemerintah, dan terus membaiknya infrastruktur pengisian daya. Kehadiran pemain baru seperti Polytron, dengan strategi yang berfokus pada penawaran yang kompetitif dan model bisnis yang fleksibel (seperti opsi sewa baterai), dapat mempercepat adopsi kendaraan listrik di kalangan masyarakat.
Analisis lebih lanjut terhadap strategi harga Polytron akan menjadi krusial. Jika harga yang ditawarkan, baik dengan opsi sewa baterai maupun pembelian penuh, mampu bersaing dengan kendaraan konvensional maupun mobil listrik dari merek lain, maka potensi pertumbuhan Polytron akan semakin besar. Selain itu, aspek layanan purna jual, ketersediaan suku cadang, dan jaringan bengkel juga akan menjadi faktor penentu keberhasilan jangka panjang. Konsumen akan mempertimbangkan tidak hanya harga dan spesifikasi teknis, tetapi juga kemudahan dalam perawatan dan dukungan purna jual.
Menarik untuk melihat bagaimana Polytron akan terus mengembangkan lini produknya di masa depan. Apakah akan ada penambahan varian, peningkatan spesifikasi, atau bahkan pengembangan teknologi baterai yang lebih canggih? Dengan dukungan dari Skyworth dan komitmen untuk berinvestasi di pasar Indonesia, Polytron memiliki potensi untuk menjadi pemain yang signifikan di industri mobil listrik tanah air. Keunggulan sementara yang diraih dalam penjualan bulanan November 2025 ini bisa menjadi momentum berharga untuk terus mendorong inovasi dan strategi pemasaran yang lebih agresif. Keberhasilan Polytron tidak hanya akan menguntungkan perusahaan itu sendiri, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia secara keseluruhan.
