Jakarta – Kabar yang cukup mengejutkan datang bagi para penggemar Realme di Indonesia. Smartphone yang sangat dinantikan, Realme GT 8 Pro, dipastikan tidak akan melenggang di pasar Tanah Air. Perangkat ini sejatinya cukup menarik perhatian, terutama dengan fitur unggulan berupa kolaborasi kamera bersama Ricoh yang menjanjikan inovasi fotografi. Namun, harapan para Realme fans untuk segera menjajal perangkat tersebut harus pupus, setidaknya untuk saat ini.
Kepastian ini disampaikan langsung oleh Krisva Angnieszca, Public Relations Lead Realme Indonesia. Dalam sebuah kesempatan usai media gathering di Jakarta, Selasa (16/12/2025), perempuan yang akrab disapa Vava itu menjelaskan bahwa Realme GT 8 Pro tidak akan dipasarkan di Indonesia. Alasan di balik keputusan ini, menurut Vava, adalah "banyak hal yang perlu dikonsiderasi," meskipun detail spesifik mengenai pertimbangan tersebut tidak dipaparkan secara rinci. "Kita mungkin nggak akan memasukkannya ke Indonesia karena banyak hal yang perlu dikonsiderasi, dan semua orang juga sudah mulai paham kenapa reason-nya seperti itu," ujarnya.
Pernyataan Vava mengisyaratkan adanya kompleksitas strategi pasar dan pertimbangan internal yang melatarbelakangi keputusan tersebut. Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit, beberapa analisis industri menduga bahwa pertimbangan ini bisa meliputi berbagai faktor. Salah satunya adalah strategi portofolio produk Realme di Indonesia yang mungkin lebih fokus pada segmen-segmen dengan volume penjualan tinggi, seperti lini ‘number series’ yang lebih populer di kalangan konsumen umum. Segmen flagship killer seperti seri GT, meskipun menawarkan performa dan fitur premium, mungkin memiliki ceruk pasar yang lebih spesifik dan kompetitif di Indonesia, dengan persaingan ketat dari berbagai merek lain.
Selain itu, faktor biaya produksi, logistik, regulasi impor, hingga penentuan harga yang kompetitif di pasar Indonesia juga bisa menjadi pertimbangan krusial. Membawa masuk sebuah perangkat dengan teknologi kolaborasi kamera premium seperti Ricoh tentu memerlukan investasi yang tidak sedikit, dan Realme mungkin tengah menghitung ulang apakah investasi tersebut sejalan dengan potensi keuntungan dan strategi jangka panjang mereka di pasar Indonesia. Apalagi, dinamika pasar smartphone global yang terus berubah, ditambah isu rantai pasok dan fluktuasi mata uang, seringkali membuat produsen harus sangat cermat dalam mengambil keputusan peluncuran produk di setiap negara.
Meski demikian, absennya GT 8 Pro di pasar Indonesia tentu saja menimbulkan rasa kecewa, mengingat banyaknya inovasi yang dibawa perangkat tersebut. Terutama adalah kolaborasi di sektor kamera yang menjadi daya tarik utama. Namun, Realme tidak tinggal diam. Perusahaan menyadari potensi besar dari inovasi ini dan memilih untuk memperkenalkan sebagian dari terobosan tersebut secara bertahap. Hal ini terutama berlaku untuk kolaborasi kamera dengan Ricoh yang telah diumumkan sejak beberapa bulan lalu dan menjadi sorotan utama.

Realme menegaskan bahwa pendekatan mereka dalam kolaborasi kamera dengan Ricoh sangat berbeda dibandingkan dengan kerja sama brand smartphone lain dengan merek kamera ternama. Di mana kebanyakan kolaborasi di industri smartphone cenderung berfokus pada hasil foto akhir yang super tajam, resolusi tinggi, atau kualitas teknis optik yang presisi—seperti yang terlihat pada kemitraan Leica dengan Huawei, Hasselblad dengan OnePlus, atau Zeiss dengan Vivo—Realme justru memilih pendekatan yang lebih humanis: experience-based photography.
Ricoh, sebagai merek kamera legendaris, dikenal luas dengan filosofi street photography dan karakter tone warna khas yang sangat estetik. Kamera-kamera Ricoh, khususnya seri GR, telah lama menjadi ikon bagi para fotografer jalanan yang mengedepankan spontanitas, komposisi jujur, dan nuansa visual yang kuat. Realme ingin membawa esensi tersebut ke dalam smartphone mereka. Dengan pendekatan ini, pengguna diharapkan bisa langsung mendapatkan pengalaman memotret yang unik dan berkarakter, tanpa perlu repot mengutak-atik pengaturan rumit atau melakukan editing pasca-produksi yang memakan waktu.
"Kami tidak ingin hanya bersaing di hasil foto saja, karena itu sudah banyak pemainnya. Realme ingin membawa experience fotografi yang berbeda, di mana pengguna bisa langsung mendapatkan feel street photography dengan karakter warna khas Ricoh," jelas Krisva. Ia menambahkan bahwa Realme berambisi untuk menghadirkan "kamera Ricoh di dalam smartphone," sebuah konsep yang memungkinkan pengguna yang mungkin bosan dengan gaya foto standar dan jenuh dengan hasil yang terlalu "sempurna" secara teknis, dapat langsung mencoba mode fotografi dengan karakter visual yang lebih artistik dan personal. Ini adalah sebuah upaya untuk mendemokratisasi seni fotografi jalanan, membuatnya dapat diakses oleh siapa saja melalui perangkat genggam mereka.
Pendekatan ini bukan berarti Realme mengabaikan peningkatan kualitas kamera secara teknis. Krisva menegaskan bahwa pengembangan kualitas kamera dari segi teknis tetap berjalan seiring waktu. Namun, fokus utama dalam kolaborasi dengan Ricoh adalah memberikan nilai tambah pada pengalaman pengguna, bukan sekadar perang spesifikasi megapixel atau aperture. Ini adalah tentang bagaimana teknologi dapat memfasilitasi ekspresi kreatif dan memberikan hasil yang memuaskan secara emosional dan visual.
Melihat ke depan, Realme membuka peluang lebar untuk menghadirkan pengalaman kamera serupa di produk-produk lain mereka. Sinyal kuat diberikan bahwa inovasi ini tidak akan terbatas pada seri GT, melainkan berpotensi besar untuk merambah ke lini produk yang lebih populer dan menjangkau audiens lebih luas, seperti lini number series. Lini ini kerap menjadi tulang punggung penjualan Realme dan seringkali menjadi wadah untuk memperkenalkan teknologi-teknologi baru ke segmen pasar menengah.
Untuk detail lebih lanjut, perusahaan memang belum bisa mengungkapkan secara gamblang. Namun, Krisva memberi sinyal kuat bahwa awal tahun 2026, khususnya pada kuartal pertama (Q1 2026), Realme menyiapkan sesuatu yang "cukup spesial," dan penekanan khusus diberikan pada sektor kamera. Pernyataan ini tentu memancing spekulasi bahwa kita mungkin akan melihat perangkat number series terbaru dari Realme yang sudah dilengkapi dengan mode fotografi berkarakter Ricoh, atau bahkan sebuah terobosan baru dalam teknologi computational photography yang terinspirasi dari filosofi Ricoh. Ini bisa menjadi "kejutan lain" yang dimaksud, sebuah kompensasi yang setimpal bagi para penggemar yang kecewa dengan absennya GT 8 Pro.

Selain inovasi di bidang fotografi, Realme juga memastikan akan terus mengembangkan berbagai fitur berbasis kecerdasan buatan (AI). AI diprediksi akan menjadi tulang punggung pengalaman smartphone di masa depan, tidak hanya untuk fotografi (seperti pengenalan adegan, optimalisasi gambar, atau editing cerdas), tetapi juga untuk meningkatkan performa perangkat, efisiensi daya, personalisasi antarmuka pengguna, hingga fitur-fitur produktivitas sehari-hari. Desain produk juga akan tetap menjadi fokus Realme, mengingat perusahaan ini kerap menghadirkan desain yang berani, trendi, dan segar yang menarik perhatian anak muda. Kolaborasi strategis lainnya di luar kamera juga akan terus dieksplorasi, mungkin dengan merek-merek di bidang gaming, audio, atau gaya hidup untuk memperkaya ekosistem produk Realme.
Namun, untuk kategori ponsel lipat model flip, Realme kembali menegaskan bahwa mereka belum memiliki rencana untuk masuk ke segmen tersebut dalam waktu dekat. Perusahaan memilih untuk tetap fokus pada pengembangan fitur dan pengalaman pengguna yang benar-benar relevan dan memberikan nilai maksimal untuk penggunaan sehari-hari, daripada terburu-buru mengikuti tren pasar yang masih tergolong niche dan memiliki tantangan tersendiri, seperti biaya produksi yang tinggi dan kekhawatiran durabilitas. Keputusan ini menunjukkan bahwa Realme lebih mengedepankan fungsionalitas dan aksesibilitas bagi konsumen luas.
Menutup pembicaraan, Krisva juga sempat menyinggung adanya promo akhir tahun dari Realme yang dijadwalkan berlangsung mulai sekitar tanggal 20 Desember hingga akhir tahun. Ini adalah kesempatan bagi konsumen untuk mendapatkan perangkat Realme dengan penawaran menarik menjelang pergantian tahun. Terkait isu global yang berpotensi memengaruhi industri smartphone, termasuk kenaikan harga komponen dan tantangan rantai pasok, Realme mengaku sudah sangat mewaspadai hal tersebut. Namun, perusahaan memilih untuk menunggu perkembangan lebih lanjut di tahun depan sebelum memberikan pernyataan resmi terkait dampak dan strategi mitigasinya.
"Yang pasti, di 2026 Realme akan tetap menghadirkan produk-produk menarik. Experience kamera akan terus kami tingkatkan, kolaborasi akan tetap ada, dan pengguna bisa menantikan banyak kejutan," pungkas Krisva dengan optimisme. Pernyataan ini menegaskan komitmen Realme untuk terus berinovasi dan memberikan nilai terbaik bagi penggunanya di Indonesia, meskipun dengan strategi yang mungkin berbeda dari ekspektasi awal. Absennya GT 8 Pro memang menjadi kabar yang kurang menyenangkan, namun janji akan "kejutan lain" dan inovasi kamera yang lebih merata justru bisa menjadi angin segar bagi pasar smartphone Indonesia.
