Kabar mengejutkan datang dari arena eSports global, FIFAe World Cup 2025, di mana Indonesia harus merelakan takhta juara dunia eFootball konsol yang telah mereka genggam. Setelah kemenangan bersejarah pada tahun 2024, harapan untuk kembali membawa pulang trofi bergengsi tersebut pupus di Riyadh, Arab Saudi. Tahun ini, kehormatan sebagai negara dengan pemain eFootball konsol terkuat di dunia jatuh ke tangan Polandia, yang berhasil menunjukkan dominasi dan strategi ciamik sepanjang turnamen.
Pertandingan puncak FIFAe World Cup 2025 diselenggarakan dengan megah di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, pada tanggal 13 Desember 2025, pukul 22.45 WIB. Atmosfer kompetisi begitu terasa, tidak hanya di arena pertandingan, tetapi juga di seluruh penjuru dunia maya yang mengikuti jalannya turnamen. Puluhan ribu pasang mata dari berbagai negara menyaksikan bagaimana tim-tim terbaik di dunia beradu taktik dan keterampilan dalam game simulasi sepak bola terpopuler ini.
Polandia, yang tampil luar biasa sepanjang kompetisi, akhirnya sukses merengkuh gelar juara setelah menumbangkan lawan tangguh dari Italia di babak grand final. Duel sengit ini berakhir dengan agregat gol 2-1 untuk keunggulan Polandia, setelah bermain imbang 1-1 di game pertama dan meraih kemenangan tipis 1-0 di game kedua. Kemenangan ini menandai era baru di kancah eFootball konsol, dengan Polandia mengukuhkan diri sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan.
Di balik kesuksesan Polandia, terdapat nama-nama pemain yang menjadi ujung tombak tim. Mereka adalah Mikolaj Zietek, yang lebih dikenal dengan nama panggung "Ostrybuch", dan Milosz Zietek, dengan julukan "Zilo". Duet Zietek bersaudara ini menampilkan koordinasi yang luar biasa, visi permainan yang tajam, dan eksekusi yang presisi. Sepak terjang mereka di setiap pertandingan selalu mendapatkan dukungan strategi dari sang pelatih yang berpengalaman, Jaroslaw Radzio, atau akrab disapa "Rdk.GG". Radzio dikenal sebagai arsitek strategi yang ulung, mampu membaca pergerakan lawan dan meracik taktik yang efektif untuk memaksimalkan potensi anak asuhnya. Kemenangan ini adalah buah dari kerja keras, dedikasi, dan sinergi tim yang sempurna.
Baik Polandia maupun Italia, yang saling berhadapan di grand final, memang merupakan negara-negara yang memiliki kekuatan eFootball yang sangat diakui. Keduanya adalah juara di grupnya masing-masing selama fase penyisihan. Polandia memimpin klasemen Grup B dengan rekor yang mengesankan, sementara Italia mendominasi Grup A, menunjukkan konsistensi dan kualitas permainan tingkat tinggi sejak awal turnamen. Pertemuan mereka di final adalah pertarungan antara dua raksasa eFootball yang paling siap.
Sementara itu, Indonesia, yang datang dengan status juara bertahan, menanggung beban ekspektasi yang sangat besar. Timnas eFootball Indonesia, yang diwakili oleh maestro strategi Rizky Faidan dan eksekutor andal Elga Cahya Putra, menunjukkan perjuangan yang heroik sepanjang turnamen. Mereka berhasil lolos dari fase grup sebagai runner-up Grup B, menunjukkan bahwa mereka masih menjadi salah satu tim terkuat di dunia.
Perjalanan Indonesia menuju puncak terhenti di babak semifinal. Namun, sebelum itu, mereka sempat memberikan penampilan yang memukau di babak perempat final. Dalam duel sengit melawan Brasil, negara yang juga memiliki sejarah panjang dan talenta luar biasa di dunia eFootball, Indonesia berhasil menumbangkan lawannya melalui "golden goal" yang dramatis. Momen tersebut menjadi bukti ketangguhan mental dan skill individu Faidan dan Elga, yang mampu mempertahankan fokus di bawah tekanan tinggi. Kemenangan atas Brasil, yang juga merupakan lawan di grand final tahun 2024, sempat membangkitkan harapan besar bagi para penggemar eSports di tanah air.
Namun sayangnya, di babak semifinal, langkah Indonesia harus terhenti. Mereka bertemu dengan Italia, yang tampil sangat solid sepanjang turnamen. Dalam perebutan tempat ke grand final, Rizky Faidan dan Elga Cahya Putra harus mengakui ketangguhan dua pemain Italia, yaitu Ettore Giannuzzi, yang dikenal dengan nama panggung "Supreme_Ettorito", dan Carmine Liuzzi, atau "Naples". Pertandingan semifinal ini berlangsung dalam dua game yang sangat menegangkan. Di game pertama, Italia berhasil unggul tipis dengan skor 1-0. Pada game kedua, Indonesia berusaha keras untuk bangkit, namun pertandingan berakhir imbang 1-1. Hasil agregat gol 0-1 membuat Indonesia harus tunduk di hadapan Italia, dan dengan demikian, harapan untuk mempertahankan gelar juara dunia eFootball konsol di FIFAe World Cup 2025 harus pupus.
Kegagalan ini tentu menjadi pil pahit bagi tim Indonesia dan seluruh penggemar eSports di tanah air, mengingat gelar bergengsi tersebut pernah didapatkannya pada tahun 2024. Saat itu, Rizky Faidan dan Elga Cahya Putra berhasil mengukir sejarah dengan mengalahkan Brasil dalam adu mekanik yang mendebarkan di grand final, membawa pulang trofi dan kebanggaan bagi Indonesia. Meski demikian, perjuangan Faidan dan Elga di tahun 2025 tetap patut diacungi jempol, mengingat tingginya level kompetisi dan ketatnya persaingan.
Dari torehan ciamik ini, Polandia pun mengantongi bagian terbesar dari total hadiah yang sudah disiapkan pihak penyelenggara. Mereka membawa pulang uang hadiah sebesar USD 30 ribu, yang setara dengan sekitar Rp 499 juta. Sebuah penghargaan yang pantas untuk kerja keras dan dominasi mereka. Sedangkan Italia, sebagai runner-up, juga tidak pulang dengan tangan kosong, mereka memperoleh USD 18 ribu, atau sekitar Rp 299 juta.
Namun, apresiasi finansial tidak hanya diberikan kepada para finalis. Seluruh peserta yang berhasil lolos ke main event FIFAe World Cup 2025 juga mendapatkan penghargaan atas partisipasi dan pencapaian mereka. Besaran uang yang diterima tentu saja bervariasi, berdasarkan peringkat mereka di akhir kompetisi, menunjukkan komitmen penyelenggara dalam mendukung ekosistem eSports global. Berikut rincian hadiah lengkap untuk para peserta FIFAe World Cup 2025 (konsol):
- Juara 1 (Polandia): USD 30.000 (sekitar Rp 499.000.000)
- Juara 2 (Italia): USD 18.000 (sekitar Rp 299.000.000)
- Semifinalis (Indonesia & tim lainnya): USD 10.000 per tim (sekitar Rp 166.330.000)
- Perempat Finalis (4 tim): USD 5.000 per tim (sekitar Rp 83.165.000)
- Peringkat 9-16 (8 tim): USD 2.500 per tim (sekitar Rp 41.582.500)
Di samping turnamen konsol, FIFAe World Cup 2025 juga menyelenggarakan kategori Mobile yang tak kalah serunya. Untuk negara yang berhasil menjuarai eFootball kategori Mobile ialah Thailand. Pemain mereka yang berhasil melakukannya adalah Jomkata Yupraphat, yang dikenal dengan nama panggung "JXMKT". Dirinya berhasil menunjukkan dominasi dan keahlian yang luar biasa, mengalahkan wakil Brasil, José Antonio Maciel Junior, alias "Juninho", di grand final. Pertandingan final kategori Mobile juga berlangsung ketat, namun JXMKT dari Thailand berhasil menang dengan agregat gol 3-1, setelah unggul 2-0 di game pertama dan bermain imbang 1-1 di game kedua. Kemenangan ini menegaskan posisi Thailand sebagai salah satu kekuatan eFootball Mobile terkemuka di dunia.
Meskipun Indonesia gagal mempertahankan gelar juara di kategori konsol, partisipasi dan perjuangan Rizky Faidan serta Elga Cahya Putra di FIFAe World Cup 2025 tetap menjadi inspirasi. Hasil ini menjadi pelajaran berharga bagi federasi eSports Indonesia untuk terus mengembangkan bibit-bibit unggul, memperkuat program pelatihan, dan meramu strategi yang lebih matang di masa mendatang. Gelar juara dunia mungkin telah berpindah tangan, namun semangat kompetisi dan ambisi untuk kembali menjadi yang terbaik di dunia eFootball akan terus menyala dalam diri para pemain Indonesia. Dunia eSports terus berkembang pesat, dan setiap tahunnya, persaingan menjadi semakin ketat, menuntut adaptasi dan inovasi berkelanjutan dari setiap tim dan negara.
